Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Spesies Ulat Terakus di Dunia "Dikawinkan", Apa Jadinya?

Kompas.com - 06/04/2018, 18:01 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor


KOMPAS.com — Ilmuwan dari lembaga penelitian Australia CSIRO memastikan ulat tanaman kapas dan ulat tanaman jagung telah melakukan perkawinan silang.

Bagi pertanian, ini adalah kabar buruk. Sebab, kedua ulat tersebut dikenal sebagai ulat yang terus-menerus merasa lapar.

Hasil perkawinan ini disebut melahirkan hama militan rakus yang sangat tahan pestisida dan bisa merugikan industri makanan hingga miliaran dollar AS pertahun.

"Ada risiko munculnya spesies ulat baru yang menggabungkan hal terburuk dari kedua spesies ulat," kata penelitian senior CSIRO Tom Walsh kepada ABC Australia.

Baca juga: Mengenal Ulat-ulat Indonesia yang Bikin Gatal Luar Biasa

Kedua ulat dengan nama latin Helicoverpa armigera (ulat tanaman kapas) dan Helicoverpa zea (ulat tanaman jagung) telah memakan lebih dari 200 jenis tanaman, termasuk kapas, tomat, jagung, kacang kedelai, dan buncis.

Kerugian akibat serangan ulat tersebut diperkirakan mencapai 6 miliar dollar AS per tahun, baik karena hilangnya panen maupun biaya pengendaliannya.

Peneliti CSIRO turut ambil bagian dalam tim peneliti internasional yang tahun lalu menyelesaikan pemetaan genom dari dua ulat ini selama delapan tahun.

Pada saat itu, koloni ulat bollworm atau ulat kapas sangat tahan terhadap pestisida menyebar dengan cepat di Brasil. Para peneliti menduga ulat ini merupakan perkawinan silang dengan ulat earworm atau ulat jagung setempat.

Peneliti CSIRO menggunakan hasil pemetaan genom untuk mengkonfirmasi keberadaan ulat hibrida tersebut di Brasil.

"Hibridisasi antara kedua spesies menambah peluang munculnya ekotipe baru yang menyulitkan pertanian serta menyebar ke Amerika dan sekitarnya," kata Dr Walsh, yang merupakan salah satu penulis laporan penelitian ini.

"Ulat ini kecil dan sangat mengesankan. Mereka bisa memakan berbagai macam tanaman, bertahan dari segala upaya kami untuk mengendalikannya. Itulah penelitian saya fokus mempertanyakan mengapa mereka tidak mati ketika diberantas?" tuturnya.

Dia menambahkan meskipun mega hama tersebut tidak menimbulkan ancaman langsung bagi Australia dan Indonesia, tetapi kita tidak bisa lengah.

"Globalisasi dan peningkatan mobilitas antarnegara dan benua membuat pergerakan hama pertanian lebih umum terjadi. Perdagangan global sama dengan hama global," kata Dr Walsh.

Baca juga : Heboh Ulat yang Bisa Membunuh Manusia dalam 4 Jam, Apa Sebenarnya?

65 persen pertanian AS beresiko

Dr Walsh mengatakan ulat kapas muncul di Brasil sekitar tahun 2012 dan telah menyebar ke sebagian besar Amerika Selatan dan ke Karibia, termasuk wilayah AS di Puerto Rico. Dia menambahkan, hal ini sudah tiga kali terdeteksi di Florida.

Penulis utama laporan penelitian Dr Craig Anderson dari Universitas Edinburgh mengatakan penelitian CSIRO ini berimplikasi luas bagi komunitas pertanian di seluruh Amerika.

Selain dampak yang sudah dirasakan di Amerika Selatan, kata Dr Anderson, diperkirakan 65 persen hasil pertanian AS kini berisiko terkena dampaknya jika ulat tersebut kian menyebar.

Bollworm adalah jenis ulat yang sangat agresif dan bahkan memakan sesamanya sendiri.

"Kami harus memisahkan ulat-ulat itu di laboratorium, karena kalau tidak kami akan mendapati hanya satu ulat besar," ujar Dr Walsh.

Dia mengatakan penelitian ini penting agar komunitas pertanian global untuk tetap selangkah lebih maju dalam memerangi hama tanaman.

Dr Anderson menambahkan, dengan memahami aliran gen antara dua spesies ulat tersebut, sekarang dimungkinkan penggunaan perangkat genetika untuk mengontrol penyebarannya.

Hasil penelitian ini diterbitkan pekan ini dalam jurnal Prosiding of the National Academy of Sciences of the USA.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com