KOMPAS.com - Pernah merasa gatal karena kena ulat? Selama ini, banyak yang mengira bahwa ulat penyebab gatal adalah ulat bulu. Namun, jenis ulat penyebab gatal ternyata beragam
Peneliti serangga dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hari Sutrisno, mengungkapkan bahwa ada tiga golongan ulat penyebab gatal.
Golongan pertama adalah ulat famili Lymantridae. Inilah yang oleh masyarakat awam biasa disebut sebagai ulat bulu.
Ulat itu memiliki bulu dengan ujung yang lancip. Ketika jatuh pada permukaan kulit manusia, ujungnya akan patah dan masuk ke pori-pori.
Baca Juga : Ulat Ini Berpotensi Selamatkan Dunia dari Ancaman Terbesar, Kok Bisa?
"Itulah yang menyebabkan kita merasa gatal," kata Hari usai diskusi media di LIPI, Jakarta, pada Jumat (15/12/2017) lalu.
Gologan kedua adalah ulat bulu dengan bulu yang lebih tebal dan tajam. Golongan ulat itu diklasifikasikan dalam famili Lasiocampidae.
"Bulu-bulunya selain lebih tebal juga menyerupai mata gerjaji, kalau kena, rasanya lebih gatal daripada ulat bulu biasa," jelas Hari.
Golongan ketiga adalah yang punya efek paling parah, yaitu Limacodidae. Famili tersebut biasa disebut sebagai ulat api.
"Disebut begitu karena kalau kita kena, rasanya selain gatal juga akan sangat perih seperti terbakar," ungkap Hari.
Baca Juga : Dahsyatnya Tanaman, Bikin Ulat Kanibal agar Tidak Dimakan
Limacodidae mampu menyebabkan sensasi perih dan gatal yang lebih karena menyuntikkan racun histamin. Pada kulit, racun memicu radang.
Hari menuturkan, efek gatal akibat ulat sebenarnya bersifat lokal. Jika hanya tangan yang terkena, maka hanya tangan yang gatal.
Masalah muncul jika penanganan tidak tepat. Contoh, ulat diusir dari bagian tubuh dengan tangan lalu bagian gatal digaruk. Menurut Hari, langkah itu justru akan menyebarkan rasa gatal ke bagian tubuh lain.
Gatal juga bisa dirasakan di seluruh tubuh jika ulat tidak mengenai tubuh secara langsung, tetapi benda yang biasa dipakai pada tubuh, seperti handuk dan baju.