Semua jenis gangguan bipolar ini bisa terjadi pada semua usia. Tapi yang paling umum, diagnosis bipolar terjadi pada usia remaja atau awal 20-an.
Penyebab Bipolar
Meski mengetahui gejala dan jenis dari gangguan bipolar, sayangnya, penyebab kondisi ini tidak diketahui secara pasti. Para ilmuwan yang mempelajari kondisi ini juga setuju bahwa tak ada penyebab tunggal dari gangguan bipolar.
Dengan kata lain, ada beberapa faktor yang mungkin terlibat dalam kondisi ini. Dikutip dari National Institute of Mental Health (NIMH) beberapa faktor risiko berikut merupakan penyebab gangguan bipolar.
1. Struktur dan fungsi otak
Beberapa penelitian menunjukkan bagaimana otak dari penderita gangguan bipolar berbeda dengan struktur otak normal atau gangguan mental lain.
Para ahli percaya gangguan bipolar disebabkan oleh gangguan pada sirkuit otak tertentu. Tak hanya itu, fungsi zat kimia otak yang disebut neurotransmitter juga berpengaruh pada kondisi ini.
2. Genetik
Selain terkait pada struktur dan fungsi otak, beberapa penelitian juga menemukan bahwa gangguan bipolar terkait dengan genetik. Para peneliti menemukan bahwa orang dengan gen tertentu lebih mungkin mengembangkan gangguan bipolar.
Baca juga : Kurt Cobain hingga Demi Lovato, Orang-orang yang Sukses Meski Bipolar
Meski begitu, studi tentang kembar identik dan bipolar menunjukkan hal berbeda. Jika seseorang yang kembar mengalami gangguan bipolar, belum tentu saudaranya mengalami hal yang sama, meski berpeluang besar.
Padahal, kembar identik berbagi semua gen yang sama.
3. Riwayat keluarga
Penelitian tentang kaitan gen dan bipolar juga menunjukkan adanya riwayat keluarga yang bisa jadi faktor risiko.
Penelitian yang dilakukan di John Hopkins University menemukan, gangguan bipolar II terjadi paling umum pada orang dengan riwayat keluarganya juga mengembangkan bipolar I dan II.
4. Lingkungan dan Gaya Hidup
Penelitian lain menunjukkan bahwa kondisi ini juga terkait dengan lingkungan dan gaya hidup.
Para peneliti menemukan anak-anak dengan orang tua bipolar sering dikelilingi oleh stres lingkungan yang signifikan. Ini mungkin terkait perubahan suasana hati yang terjadi pada orang tua mereka.
Meski tidak selalu mengembangkan gangguan bipolar, anak-anak tersebut bisa mengembangkan gangguan mental lain. Misalnya, ADHD, depresi berat, skizofrenia, atau penyalahgunaan narkoba.
Diagnosis
Namun, seperti yang telah disebutkan di atas, diagnosis bipolar bisa jadi sangat sulit. Untuk menentukan gangguan bipolar pada seseoang, biasanya dokter akan melakukan serangkaian tes.
Apa saja tes yang dilakukan oleh dokter untuk mendeteksi gangguan bipolar?
Pertama, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik. Sejumlah tes fisik dan laboratorium dilakukan untuk mengidentifikasi masalah medis yang menyebabkan gejala Anda.
Kedua, penilaian psikiatri. Dokter biasanya akan menunjuk psikiater yang akan berbicara tentang pikiran, perasaan, hingga pola perilaku Anda.
Biasanya, pada penilaian psikiatri, Anda akan diminta untuk mengisi kuesioner psikologi dan penilaian diri. Selain itu, orang-orang terdekat Anda seperti keluarga dan sahabat juga akan dimintai informasi tentang Anda.
Ketiga, diagram suasana hati. Dalam melakukan sejumlah tes, Anda mungkin diminta untuk menulis catatan harian tentang suasana hati, pola tidur, atau faktor lain yang membantu diagnosis.
Baca juga : Autis, Bipolar, dan Skizofrenia Ternyata Punya Kemiripan Gen
Keempat, Psikiater akan membandingkan gejala Anda dengan kriteria gangguan bipolar yang sudah ada.
Sebagai catatan, diagnosis gangguan bipolar pada anak-anak dan remaja berbeda dari orang dewasa. Ini karena gejala pada anak-anak dan remaja sering memiliki pola berbeda dan mungkin tidak cocok dengan kriteria gangguan bipolar umumnya.
Alternatif Pengobatan
Setelah mendapat diagnosis yang tepat terkait gangguan bipolar, maka selanjutnya akan dilakukan perawatan. Saat ini, jenis perawatan bipolar di dunia sangat banyak.
Beberapa perawatan melibatkan kombinasi terapi dan obat-obatan. Lalu apa saja pilihan perawatan yang bisa dilakukan oleh orang dengan gangguan bipolar?