Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan Stephen Hawking Tak Pernah Dapat Nobel Fisika Semasa Hidup

Kompas.com - 15/03/2018, 20:08 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

Sumber Time

KOMPAS.com — Setelah Albert Einstein, ilmuwan yang paling dikenal banyak orang adalah Stephen Hawking.

Pemikiran pengarang A Brief History of Time tersebut sangat berpengaruh di dunia kosmologi, dan salah satu satu mahakarya bersama rekannya, Sir Roger Penrose, tentang teori relativitas umum milik Einstein melambungkan namanya. 

Hawking menunjukkan bahwa di dalam teori ruang dan waktu, ternyata ada awal, yaitu Big Bang, dan berujung dengan akhir berupa lubang hitam.

Dari situ, dia pun melahirkan konsep Radiasi Hawking yang menyatakan bahwa lubang hitam tidaklah diam, tetapi memancarkan radiasi yang pada akhirnya membuat lubang hitam meledak dan menghilang.

Baca Juga: 11 Kutipan Stephen Hawking soal Lubang Hitam, Semesta, dan Kematian

Pendapatnya yang fenomenal ini membuat manusia mampu merevolusi cara pandang mereka tentang alam semesta.

Namun, Hawking tidak pernah mendapat penghargaan Nobel di bidang fisika hingga dia menutup mata pada 14 Maret 2018.

Hal ini karena aturan Komite Nobel yang menyatakan bahwa seluruh teori ilmiah harus dikonfirmasi oleh data hasil pengamatan komite sebelum dinyatakan masuk nominasi.

Padahal, teori lubang hitam dan pemikiran kritis Hawking lainnya sangat sulit untuk diamati, dan mungkin butuh beberapa dekade untuk membangun alat pengujinya.

Baca juga: Lubang Hitam hingga Tuhan, Inilah Deretan Pemikiran Stephen Hawking

Sebagai gambaran, teori Einstein tentang gelombang gravitasi yang diciptakan sekitar tahun 1920 baru terbukti pada tahun 2016.

Hal yang sama juga terjadi pada teori Radiasi Hawking. Butuh waktu dan tentunya biaya yang banyak untuk menciptakan teknologi yang bisa mengklarifikasi kebenaran teori tersebut.

Meski tak pernah menyabet Nobel semasa hidupnya, Hawking tetap diakui dunia sebagai duta besar ilmu pengetahuan karena pengaruhnya yang sangat nyata.

Hal tersebut dapat dilihat dari penghormatan dan rasa duka para tokoh dunia, ilmuwan, dan masyarakat luas yang ada media sosial. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau