KOMPAS.com - "Kebohongan dapat menyebar hingga separuh dunia sementara kebenaran hanya di ujung sepatu" adalah salah satu kutipan dari Mark Twain. Artinya kira-kira adalah kebohongan (berita palsu) menyebar lebih cepat daripada kebenaran.
Rasanya pendapat Mark Twain tersebut menemukan pembuktiannya sendiri. Saat ini, hoaks atau berita palsu lebih banyak disebarkan dibanding berita asli.
Modusnya pun kini beragam seperti broadcast message di aplikasi pesan singkat hingga media sosial. Salah satu bukti nyatanya yang terjadi di Indonesia adalah adanya kasus Saracen dan Muslim Cyber Army (MCA).
Selain itu, para peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) juga menemukan bahwa ceira palsu menyebar jauh lebih cepat di twitter daripada berita asli. Bahkan, hoaks ini menjangkau khalayak lebih luas.
Baca juga: Filter: Hoax Perusahaan Rokok yang Membahayakan Perokok dan Lingkungan
Lebih Cepat Menyebar
Hal ini ditemukan setelah para peneliti menganalisis berita dari 2006 hingga 2017. Mereka menemukan berita palsu 70 persen lebih mungkin di-retweet dibanding artikel yang terpercaya.
Temuan ini juga mencatat bahwa berita asli sekitar 6 kali lebih lama untuk menjangkau 1.500 orang karena adanya berita palsu.
Deb Roy, yang menjabat sebagai kepala peneliti media di Twitter selama 2013 hingga 2017 sekaligus profesor asosiasi untuk seni media dan ilmu pengetahuan di MIT, mengatakan bahwa timnya berada "antara terkejut dan tertegun" oleh temuan tersebut.
"Temuan ini menyoroti aspek fundamental dari ekosistem komunikasi online kita," ungkapnya dikutip dari The Telegraph, Kamis (08/02/2018).
Mulanya, penelitian ini dilakukan setelah Dr Soroush Vosoughi, salah satu dosen MIT melihat banyak informasi palsu di twitter menyusul peristiwa pemboman Marathon Boston pada 2013.
Informasi palsu yang dimaksud ini adalah "klaim yang dikicaukan di twitter". Kalim itu bisa diungkapkan dengan kata-kata, foto, atau link artikel lengkap di internet.
Beberapa kicauan mengklaim ada seorang gadis 8 tahun ikut terbunuh setelah perlombaan tersbeut demi mengenang penembakan Sandy Hook. Padahal, dalam lomba tersebut telah dinyatakan bahwa anak-anak dilarang mengikutinya.
Berita lain menyebutkan bahwa ada seorang wanita yang terbunuh dalam lomba tersebut sesaat sebelum pacarnya berniat melamar.
"Saya menyadari apa yang saya baca di media sosial hanyalah rumor," kata Dr Vosoughi.
"Itu adalah berita palsu," imbuhnya.
Baca juga: Orang yang Serangan Jantung Perlu Diberi Aspirin, Hoax atau Bukan?