Untuk mengetahui apakah berita palsu memang tersebar lebih cepat, tim ini menggunakan arsip Twitter untuk melacak sekitar 126.000 cascades atau pohon jaringa dari berita palsu dan berita asli. Jenis beritanya bermacam-macam, mulai dari politik, legenda urban, bisnis, terorisme, sains, hiburan, hingga bencana alam.
"Kami menemukan bahwa berita palsu tersebar jauh lebih jauh, lebih cepat, lebih dalam, dan lebih luas daripada kebenaran di semua kategori informasi," kata para peneliti dikutip dari LA Times, Kamis (08/03/2018).
Alasannya...
Uniknya lagi, tim juga menemukan bahwa penyebaran informasi palsu ini bukan dilakukan oleh robot yang diprogram untuk menyebarkan cerita yang tidak akurat. Tapi, hal ini justru didorong oleh "keyakinan manusia terhadap hal baru".
"Berita palsu lebih baru, dan orang cenderung lebih suka untuk berbagi informasi baru," ungkap Profeor Sinan Aral Sloan School Management MIT yang terlibat penelitian ini.
"Di jejaring sosial, orang bisa mendapatkan perhatian dengan menjadi yang pertama berbagi informasi yang sebelumnya tidak diketahui (tapi mungkin berita yang salah). Orang yang berbagi informasi akan dilihat sebagai orang yang punya pengetahuan," imbuhnya.
Untuk mendapatkan temuan tersebut, para peneliti mempelajari secara acak sekitar 25.000 tweet yang dilihat oleh 5.000 orang. Selanjutnya, mereka membandingkan isi tweet tersebut dengan twee lain yang dilihat orang-orang 60 hari sebelumnya.
Selain itu, para peneliti juga memeriksa isi emosional balasan tweet yang dilihat itu.
Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa berita palsu memicu perasaan terkejut dan jijik yang lebih besar. Di sisi lain, berita asli menghasilkan ungkapan kesedihan, antisipasi, dan kepercayaan.
Baca juga: Sains Jelaskan Mengapa Banyak Orang Mudah Percaya Hoax
"Kami melihat profil emosional yang berbeda untuk berita palsu dan berita terpercaya," kata Dr Vosoughi.
Para peneliti juga menemukan bahwa berita bohong yang disebarkan oleh akun asli maupun robot tisak mengubah pola persebarannya yang lebih jauh dan luas dari berita terpercaya.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Science ini juga menunjukkan bahwa walaupun orang dengan sengaja atau tidak menyebarkan hoaks, fenomena ini tidak hanya didorong oleh niatan jahat tapi banyak hal melatarbelakanginya.
Meski sekilas seperti sulit untuk melawan berita palsu ini, tapi para peneliti optimis dengan temuannya.
"Memahami bagaimana penyebaran berita palsu adalah langkah pertama untuk mengatasinya," tulis para peneliti dalam laporan tersebut.
"Kami berharap pekerjaan kami mengilhami penelitian yang lebih besar mengenai penyebab dan konsekuensi penyebaran berita palsu serta potensi pemulihannya," tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.