Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Tak Percaya Evolusi Itu Nyata? Ini 4 Buktinya

Kompas.com - 07/03/2018, 18:31 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber Science AF


KOMPAS.com — Sudah banyak para ilmuwan yang membahas tentang evolusi manusia dan membuktikannya.

Meski demikian, ada pula orang yang tidak memercayainya. Terkait evolusi yang dialami manusia, percaya atau tidak tubuh kita masih menyimpan sisa-sisa evolusi.

Ibarat museum, tubuh kita sebenarnya masih menyimpan dan membawa hal-hal dari masa lalu yang sebenarnya sudah tidak dibutuhkan lagi.

Apa saja itu? Dilansir Science Af, Kamis (23/11/2017), telah diungkap beberapa di antaranya. Mari kita simak.

Baca juga: Payudara Wanita, Teka-teki Evolusi hingga Kanker yang Mematikan

1. Pergelangan tangan

Pada tangan kanan dan kiri, coba Anda tempelkan jempol dengan kelingking.

Anda mungkin bisa melihat tendon yang menonjol di tengah pergelangan tangan.

Jika Anda tidak memilikinya, Anda beruntung karena Anda termasuk 10-15 persen manusia bumi yang lahir tanpa tendon menonjol di salah satu atau kedua tangan.

Tendon ini terhubung ke palmaris longus, otot yang dimiliki mayoritas manusia, tapi sebenarnya tidak ada fungsinya.

Sebuah penelitian mengungkapkan, tendon pada lengan dapat memberikan kekuatan yang lebih dibandingkan mereka yang lahir tanpa tendon menonjol.

Namun, sebenarnya hal ini tidak penting karena ahli bedah juga sering membuangnya atau menggunakannya untuk keperluan operasi plastik.

Lalu apa benar palmaris longus merupakan sisa evolusi? Menurut para ilmuwan, palmaris longus juga ditemukan di banyak spesies mamalia terutama yang menggunakan lengannya untuk bergerak, seperti lemur dan monyet.

2. Otot telinga

Bisakah Anda menggerakkan atau menggoyangkan telinga dengan memanipulasi tiga otot yang ada di dasar telinga?

Jika Anda bisa melakukannya, itu menunjukkan bagaimana sesuatu yang penting untuk nenek moyang binatang sudah beralih ke sesuatu yang tidak penting bagi manusia.

Fungsi otot telinga masih digunakan oleh hewan nokturnal, seperti kelinci, rusa, dan kucing, untuk menemukan asal suara. Hal ini juga dilakukan manusia purba.

Sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa otot-otot telinga ini sebenarnya masih bisa merespons suara meski kita tidak cukup kuat untuk menggerakkan telinga.

Baca juga: Benarkah Operasi Caesar Berpengaruh pada Evolusi Manusia?

3. Bulu kuduk berdiri

Saat kita kedinginan atau merasa takut, tak jarang bulu kuduk berdiri.

Bulu kuduk berdiri atau goosebump muncul karena otot-otot mungil yang menempel pada rambut di tangan menarik rambut dan menyebabkan ada benjolan di permukaan kulit.

Hal ini merupakan sisa evolusi. Bulu kuduk muncul karena adrenalin terlibat dalam respons tubuh terhadap suhu dingin dan merupakan bagian dari respons fight-or-flight saat menghadapi bahaya, serangan, atau ancaman.

Pada hewan berbulu juga tampak lebih besar ketika mereka merasa terancam. Ini juga yang membuat kita merinding saat mendengar sebuah lagu yang sangat bagus.

4. Ekor

Salah satu sisa evolusi yang paling jelas adalah tulang ekor kita. Tulang ekor merupakan sekelompok tulang rawan yang menyatu dan berfungsi sebagai jangkar untuk beberapa otot panggul.

Ini merupakan warisan nenek moyang.

Pada usia kehamilan sekitar empat minggu, embrio memiliki ekor 10 sampai 12 yang mengembang pada hewan vertebra (bertulang belakang). Namun, pada manusia dan primata, sel-sel tersebut langsung mati segera setelah muncul.

Video berikut akan lebih menjelaskan tentang sisa evolusi manusia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Science AF


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com