Apabila anak menunjukkan perilaku seperti ciri katarak, maka orangtua harus lekas berkonsultasi ke dokter. Pasalnya, tindakan operasi katarak anak dan dewasa punya tingkat kerumitannya berbeda.
Pasien katarak harus dibius umum supaya tidak takut dan terlalu aktif bergerak saat dioperasi. Dokter bedah mata berkoordinasi dengan dokter anak untuk mendapatkan persetujuan melakukan bius umum.
“Sebelum operasi, dilihat dulu apakah saraf retina secara anatomis melekat di tempatnya. Lalu dicek ada enggak penyakit infeksi TORCH, gangguan metabolik, kelainan sistemik, dan apakah lahir prematur,” ujarnya.
Pasca operasi, anak dipantau keadaannya. Jika pada dewasa, mata tidak perlu ditutup perban. Berbeda dengan anak, mata ditutup dengan perban untuk mengurangi risiko bersentuhan dengan debu, kotoran, air, dan rawan terkucek oleh tangan.
“Dilihat apakah fiksasi mata berjalan. Mata akan fokus lurus pada obyek di depannya. Lalu, jika mata malas, dilakukan terapi ambliofia,” ujarnya.
Anak akan dipakaikan kacamata atau lensa kotak sesuai dengan kelainan refraksi. Tumbuh kembang penglihatan anak dipacu agar pulih sesuai kemampuan standar usia tersebut.
Baca juga : Hati-hati, Konsumsi Suplemen Bisa Berujung pada Katarak
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.