Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mata Tidak Merespons Rangsang, Curigai Bayi Anda Terjangkit Katarak

Para orangtua patut curiga jika anak hanya diam tanpa menunjukkan gerakan mata sama sekali. Ni Retno Setyoningrum, dokter spesialis anak, menyatakan itu bisa jadi katarak.

Hal tersebut dikatakan dalam acara perayaan ulang tahun Rumah Sakit Mata Jakarta Eye Center (RSM JEC) ke-34, pada Sabtu (24/2/2018) di Jakarta.

“Retina kan menangkap sinar dari luar, lalu diteruskan ke saraf optik. Lalu mata menunjukkan respons seperti berkedip. Namun anak yang katarak tidak akan menampakkan respons atas benda yang ada di depan matanya,” ujar dokter yang juga Ketua Layanan Children Eye and Squint Clinic, RSM JEC, itu.

Ni Retno berkata bahwa katarak bukan hanya diidap orang dewasa. Prevalensi katarak pada anak, sebut Ni Retno, adalah 1-15 anak per 10.000 anak.  Untuk itu, para orangtua perlu melakukan deteksi dini apakah anak menderita katarak.

“Perkembangan penglihatan bayi kan berkembang sama seperti berjalan. Penglihatan bayi berumur 2-3 bulan sedang masa kritis, baru bisa lihat sinar. Kalau ada katarak, perkembangan penglihatan anak tidak sempurna,” kata Ni Retno.

Tahapan perkembangan penglihatan pada anak diawali dengan proses melihat sinar. Seiring usia yang bertambah tua, anak akan bertambah jarak pandangnya dari 1 meter, 2 meter, hingga 6 meter.

Kemudian perkembangan penglihatan akan terhenti pada usia dua tahun. Penglihatan akan berkembang maksimal pada usia tersebut.

Dengan demikian, seorang anak kehilangan fase emas dalam peiode perkembangan penglihatannya jika sejak kecil sudah mengidap katarak.

Untuk itu, orangtua perlu melakukan deteksi katarak sedini mungkin pada anak. Anak dengan katarak bisa dikenali dengan ciri berikut; anak-anakan mata (pupil) anak terdapat warna putih. Bola mata pada anak dengan katarak tampak bergerak-gerak dan juling.

Apabila anak menunjukkan perilaku seperti ciri katarak, maka orangtua harus lekas berkonsultasi ke dokter. Pasalnya, tindakan operasi katarak anak dan dewasa punya tingkat kerumitannya berbeda.

Pasien katarak harus dibius umum supaya tidak takut dan terlalu aktif bergerak saat dioperasi. Dokter bedah mata berkoordinasi dengan dokter anak untuk mendapatkan persetujuan melakukan bius umum.

“Sebelum operasi, dilihat dulu apakah saraf retina secara anatomis melekat di tempatnya. Lalu dicek ada enggak penyakit infeksi TORCH, gangguan metabolik, kelainan sistemik, dan apakah lahir prematur,” ujarnya.

Pasca operasi, anak dipantau keadaannya. Jika pada dewasa, mata tidak perlu ditutup perban. Berbeda dengan anak, mata ditutup dengan perban untuk mengurangi risiko bersentuhan dengan debu, kotoran, air, dan rawan terkucek oleh tangan.

“Dilihat apakah fiksasi mata berjalan. Mata akan fokus lurus pada obyek di depannya. Lalu, jika mata malas, dilakukan terapi ambliofia,” ujarnya.

Anak akan dipakaikan kacamata atau lensa kotak sesuai dengan kelainan refraksi. Tumbuh kembang penglihatan anak dipacu agar pulih sesuai kemampuan standar usia tersebut.

https://sains.kompas.com/read/2018/02/25/201338223/mata-tidak-merespons-rangsang-curigai-bayi-anda-terjangkit-katarak

Terkini Lainnya

Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Mengapa Kura-Kura Melakukan Pose Superman? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Mengapa Kura-Kura Melakukan Pose Superman? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Oh Begitu
Apa yang Terjadi Jika Kita Mencoba Mendarat di Planet Gas Raksasa?
Apa yang Terjadi Jika Kita Mencoba Mendarat di Planet Gas Raksasa?
Oh Begitu
Fosil Kepala Amfibi Raksasa Ditemukan di Texas, Mirip Karakter Film ‘Toy Story’
Fosil Kepala Amfibi Raksasa Ditemukan di Texas, Mirip Karakter Film ‘Toy Story’
Fenomena
Apa yang Terjadi di Otak Seorang Psikopat? 
Apa yang Terjadi di Otak Seorang Psikopat? 
Kita
Ditemukan, Bukti Ledakan Bintang Ganda yang Mengubah Pemahaman Alam Semesta
Ditemukan, Bukti Ledakan Bintang Ganda yang Mengubah Pemahaman Alam Semesta
Oh Begitu
Evolusi Mamalia Tak Sesederhana yang Kita Duga, Fosil Baru Ubah Ceritanya
Evolusi Mamalia Tak Sesederhana yang Kita Duga, Fosil Baru Ubah Ceritanya
Oh Begitu
Genus Baru Laba-Laba Pelompat yang Ahli Berkamuflase Ditemukan di Selandia Baru
Genus Baru Laba-Laba Pelompat yang Ahli Berkamuflase Ditemukan di Selandia Baru
Fenomena
Jus Jeruk Bali Bisa Mematikan? Ini Fakta Ilmiahnya
Jus Jeruk Bali Bisa Mematikan? Ini Fakta Ilmiahnya
Oh Begitu
Apakah Kita Benar-Benar Membutuhkan Amandel? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Apakah Kita Benar-Benar Membutuhkan Amandel? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke