Kejadian gempa di Taiwan sangat dipengaruhi oleh konfigurasi tatanan dan dinamika tektonik yang aktif serta rumit. Bagian timur kawasan Taiwan terdapat lempeng Laut Filipina (Philippine sea plate) yang menunjam masuk ke bawah lempeng Eurasia (Eurasian plate).
Penunjaman yang terjadi pada kedua lempeng tektonik tersebut membentuk palung atau paritan di sisi timur Taiwan, palung ini dikenal dengan sebutan Ryukyu Trench. Sedangkan di bagian selatan tepatnya di perairan Laut China Selatan yang merupakan bagian dari lempeng Eurasia tersubduksi oleh lempeng Laut Philipina sepanjang Manila Trench.
Jadi, Taiwan dikelilingi oleh dua zona subduksi, yaitu Ryukyu Trench dan Manila Trench dengan kecepatan pergerakan pertahunnya adalah 7-8 cm, sehingga membentuk continental collision dan sesar-sesar aktif.
Tulisan Bos dan Spakman dalam sebuah makalah ilmiah yang dipublikasikan pada Journal of Geophysical Research, tahun 2003 menyebutkan sesar-sesar utama yang terdapat di daratan Taiwan.
Makalah ilmiah dengan judul "Surface deformation and tectonic setting of Taiwan inferred from a GPS velocity field" menjelaskan dengan baik tentang pola deformasi sesar-sesar aktif di Taiwan.
Setidaknya ada lima sesar utama yang dimaksud, yaitu (1) Longitudinal Valley Fault -LVF-, (2) Lishan Fault -LF-, (3) Chuchin Fault -CF-, (4) Chaochou-Chishan Fault -CHF-, dan (5) Chukou Fault -CKF-. Ilustrasi dinamika tektonik di Taiwan seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut ini.
Melihat struktur tektonik yang rumit dan dinamis seperti yang diperlihatkan pada gambar di atas, maka gempa pada 6 Februari 2018 berada dekat dengan zona subduksi Ryukyu.
Earthquake Hazard Program-USGS menjelaskan bahwa sebelum gempa tanggal 6 Februari 2018, ada beberapa gempa awal (fore-shock) dengan magnitudo M 4.8 mulai dari 3 sampai 6 Februari 2018, yang berjumlah sekitar 19 kejadian gempa.
Pemerintah Taiwan sangat serius berupaya mengurangi risiko gempa bumi. Salah satu upayanya adalah mengembangkan penelitian yang berkaitan dengan kegempaan bersama instansi penelitian dan perguruan tinggi.
Central Weather Bureau (CWB) adalah lembaga pemerintah yang berwenang untuk melakukan pemantauan gempa bumi di Taiwan. CWB mengelola sekitar 150 seismometer yang tersebar di seluruh Taiwan dan terpantau secara real time.
Selain seismometer, CWB juga mengelola jaringan pengamatan accelorograf yang fungsinya untuk merekam guncangan permukaan tanah akibat gelombang gempa dan mengukur percepatan gelombang seismik pada permukaan tanah.
Mitigasi gempa di Indonesia
Sama halnya seperti Taiwan, Indonesia juga merupakan negara yang sering dilanda musibah gempa. Indonesia dan Taiwan adalah negeri yang dilewati cincin api (ring of fire).
Dalam dua dekade terakhir, ada banyak kejadian gempa merusak yang melanda Indonesia, beberapa di antaranya membangkitkan gelombang tsunami. Seperti yang terjadi di Aceh 2004, Pangandaran 2006, dan Mentawai 2010.