KOMPAs.com -- Beberapa waktu lalu, dokter Tamar Reisman dan perawat Zil Goldstein didatangi oleh seorang perempuan transjender yang menyatakan niatnya untuk bisa menyusui bayi yang tengah dikandung pasangannya.
Perempuan transjender itu berkonsultasi kepada Reisman dan Goldstein agar diberikan tindakan medis supaya sang anak nanti bisa mendapatkan air susu dari payudaranya. Sebab, sang pasangan menolak menyusui anak yang akan lahir kelak.
Seperti yang dilansir dari New Scientist pada Rabu (14/2/2018), perempuan transjender tersebut akhirnya berhasil menyusui anaknya.
Kejadian tersebut menorehkan sejarah baru dalam dunia medis karena dia menjadi transjender pertama yang langsung memberikan susu kepada sang anak dari payudaranya.
Baca juga : Kenapa Ibu Menyusui Harus Keluarkan ASI dari Kedua Payudara?
Selama enam pekan, perempuan transjender berusia 30 tahun itu mampu memproduksi ASI sebanyak 227 gram perhari, kendati awalnya ASI yang keluar hanya setetes demi setetes.
“Ini pertama kalinya ada seorang wanita transgender yang bisa menyusui, yang dilaporkan dalam literature medis," kata Reisman dan Goldstein seperti yang dikutip dari New Scientist pada Rabu (14/2/2018),
Reisman dan Goldstein tetap mengkhawatirkan pertumbuhan sang anak. Pasalnya, bayi tersebut seharusnya menerima 500 gram ASI per hari ketika telah mencapai usia lima hari. Setelah enam minggu, bayi kemudian disuplai dengan asupan susu formula.
Pemberian obat mual yang dikenal dengan nama domperidone dianggap mampu memacu keluarnya ASI dari payudara perempuan transjender tersebut. Obat ini terpaksa diberikan karena hormon perangsang ASI alami, yakni prolaktin, tidak tersedia versi buatannya.
Baca juga : Begini Cara Tepat Menyimpan ASI
Tiga bulan sebelum bayinya lahir, perempuan transjender tersebut gencar meminum domperidone. Payudaranya juga dipompa setiap lima menit untuk melancarkan produksi ASI.
Lalu, program hormon feminisasi juga telah dilakukan perempuan transgender tersebut beberapa tahun sebelum mengawali upaya laktasi. Spironolakton yang rutin dimasukkan ke dalam tubuh menghentikan efek dari hormon testosteron, progesteron, dan estrogen.
Dengan demikian, perempuan transjender tersebut memiliki payudara menonjol layaknya perempuan pada umumnya, meski tidak melakukan operasi pembesaran payudara.
“Saya merawat wanita transjender ini dan perkembangan payudaranya sangat baik. Tidak ada alasan lagi, wanita non-transjender juga bisa memproduksi ASI lewat cara ini,” ujar Joshua Safer dari Pusat Kesehatan Boston, ahli yang mengamati keberhasilan Reisman dan Goldstein.
Baca juga : ASI Selamatkan Bayi Prematur dari Kematian
Pemberian domperidone menjadi kabar baik bagi para ibu yang kesulitan memproduksi ASI. Ini juga menjadi terobosan baru supaya anak-anak adopsi tetap bisa menerima ASI dari ibu angkatnya.
Sayangnya, zat tersebut masih menjadi kontroversi karena dilarang penggunaanya oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA).
Kemudian, belum ada penelitian mengenai komposisi ASI yang dihasilkan wanita transjender tersebut. Apakah susu yang diproduksinya memiliki struktur kandungan zat yang sama dengan ASI yang diproduksi wanita asli?
Penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan jika upaya pemberian domperidone ini ingin diterapkan di seluruh dunia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.