"Setiap sariawan kan kalau tergesek pasti sakit, ada obat yang melapisi sariawan dan merangsang penyembuhan dari sel-sel yang terluka tersebut," ungkapnya.
Menurut Widya, ada jenis obat lain yang berfungsi untuk menghilangkan peradangan.
"Pada sariawan itu biasanya ada peradangan. Biasanya, peradangan itu yang bikin nyeri," kata Widya.
"Dengan menghilangnya peradangan, nyeri juga hilang. Kemudian ini merangsang (sariawan) memperbaiki dirinya untuk sembuh," imbuhnya.
Obat-obat tersebut, kata Widya, bekerja dengan cara berbeda dari policresulen.
"Tidak seperti policresulen yang justru selnya dimatikan," ujarnya.
Mengenai policresulen, kedua dokter ini menegaskan bahwa kandungan tersebut memang kurang tepat digunakan pada sariawan.
Baca juga: BPOM: Dua Produk Suplemen Makanan Mengandung DNA Babi
"Policresulen itu yang beredar kandungannya konsentrat, konsentrasinya tinggi dan hasil penelitian menunjukkan beberapa laporan kasus, terutama pada jurnal yg dipublikasi di beberapa negara, antara lain Korea yang menyatakan bahwa pH dari policresulen sangat rendah," kata Rahmi.
"(Laporan) itu menuliskan bahwa pH (policresulen mencapai 2 hingga 0,6). Jadi asumsinya semua bahan yang terpapar pada sel hidup akan menyebabkan kerusakan membran lipid dan asam amino yang menyusun sel," imbuh Rahmi.
Rahmi juga menjelaskan bahwa mukosa mulut (jaringan yang melapisi rongga mulut) yang terpapar policresulen akan mengalami nekrosis atau kematian jaringan.
"Laporan kasusnya sudah sangat banyak, baik yang dilaporkan melalui jurnal-jurnal terakreditasi maupun yang tidak," ujarnya.
"Karena itulah, pengobatan sariawan menggunakan policresulen dianggap kurang tepat dengan cara memaparkan konsentrat tersebut ke dalam mukosa mulut," kata Rahmi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.