KOMPAS.com — Kamis (15/2/2018) malam, BPOM mengeluarkan penjelasan resmi mengenai kandungan policresulen dalam produk Albothyl.
Dalam pernyataan resminya, BPOM menjelaskan bahwa telah ada 38 laporan kasus terkait penggunaan obat itu. Ini pula yang membuat BPOM mengimbau profesional kesehatan dan masyarakat untuk menghentikan pemakaian Albothyl.
Meski ada penjelasan, hal ini tetap meresahkan masyarakat. Pasalnya, banyak orang yang merasa cocok dengan obat yang diklaim dapat mengobati sariawan ini.
Timbul pertanyaan di masyarakat, jika tidak menggunakan obat tersebut, lantas sariawan harus diobati dengan apa?
"Kalau kita bicara masalah sariawan, kita harus tahu terlebih dahulu penyebabnya. Sebab, biasanya secara awam semua luka yang terjadi di dalam rongga mulut disebut sariawan," ungkap drg Rahmi Amtha, MDS, Sp.PM, PhD saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (15/02/2018) malam.
"Sebenarnya pada kenyataannya sariawan itu sangat luas sekali baik jenis maupun penyebabnya," ujar Ketua Ikatan Spesialis Penyakit Mulut Indonesia (ISPMI) tersebut.
Rahmi juga menjelaskan, faktor penyebab sariawan bisa lebih dari 10 hal. Oleh karenanya, untuk mengobati sariawan, menurut Rahmi, harus ditelusuri terlebih dahulu apa penyebabnya.
"Nah, karena gejala yang ditimbulkan sariawan kebanyakan rasa sakit sehingga mengganggu aktivitas rongga mulut, maka kebanyakan kalau kita bicara mengenai obat sariawan, maka kita pasti mencari obat yang mengurangi rasa sakitnya, dan bukan mengatasi sariawannya secara tuntas,” ujar Rahmi.
Dengan kata lain, Rahmi menjelaskan, mengatasi sariawan baru bisa dilakukan saat penyebabnya diketahui. Sementara untuk mengurangi rasa sakit yang disebabkan sariawan, bisa digunakan bahan-bahan atau obat yang banyak beredar.
"Kalau untuk mengobati sariawan, saya cenderung untuk mengetahui penyebabnya terlebih dulu. Bisa penyakit sistemik (yang berasal dari dalam tubuh), reaksi alergi, stres, autoimun, dan masih banyak lagi," imbuhnya.
"Namun kalau kita berbicara, apa sih obat untuk mengurangi rasa sakit pada sariawan, saya bisa katakan bahwa sebenarnya ada banyak obat. Mulai dari obat yang mengandung anestetikum atau membuat kebal/baal sampai obat yang mengandung anti-radang baik yg ringan sampai yang potensial," ungkap Rahmi.
"Jadi, kita mungkin memberikan obat-obatan untuk mengurangi rasa sakit dengan yang mengandung anestetikum atau anti-radang," ujarnya.
Pendapat senada diungkapkan drg Widya Apsari, SpPM. Melalui sambungan telepon, Widya menjelaskan bahwa pada dasarnya untuk mengobati luka prinsipnya tidak boleh membiarkan sel-sel luka ini jadi mati.
"Jadi harus dibiarkan terus hidup agar terjadi regenerasi dan (sariawan) memperbaiki dirinya untuk jadi sembuh," ujar Widya.
Untuk mendapatkan kesembuhan, menurut Widya, ada beberapa obat yang bisa digunakan. Salah satunya adalah obat sariawan yang berfungsi melapisi.
"Setiap sariawan kan kalau tergesek pasti sakit, ada obat yang melapisi sariawan dan merangsang penyembuhan dari sel-sel yang terluka tersebut," ungkapnya.
Menurut Widya, ada jenis obat lain yang berfungsi untuk menghilangkan peradangan.
"Pada sariawan itu biasanya ada peradangan. Biasanya, peradangan itu yang bikin nyeri," kata Widya.
"Dengan menghilangnya peradangan, nyeri juga hilang. Kemudian ini merangsang (sariawan) memperbaiki dirinya untuk sembuh," imbuhnya.
Obat-obat tersebut, kata Widya, bekerja dengan cara berbeda dari policresulen.
"Tidak seperti policresulen yang justru selnya dimatikan," ujarnya.
Mengenai policresulen, kedua dokter ini menegaskan bahwa kandungan tersebut memang kurang tepat digunakan pada sariawan.
"Policresulen itu yang beredar kandungannya konsentrat, konsentrasinya tinggi dan hasil penelitian menunjukkan beberapa laporan kasus, terutama pada jurnal yg dipublikasi di beberapa negara, antara lain Korea yang menyatakan bahwa pH dari policresulen sangat rendah," kata Rahmi.
"(Laporan) itu menuliskan bahwa pH (policresulen mencapai 2 hingga 0,6). Jadi asumsinya semua bahan yang terpapar pada sel hidup akan menyebabkan kerusakan membran lipid dan asam amino yang menyusun sel," imbuh Rahmi.
Rahmi juga menjelaskan bahwa mukosa mulut (jaringan yang melapisi rongga mulut) yang terpapar policresulen akan mengalami nekrosis atau kematian jaringan.
"Laporan kasusnya sudah sangat banyak, baik yang dilaporkan melalui jurnal-jurnal terakreditasi maupun yang tidak," ujarnya.
"Karena itulah, pengobatan sariawan menggunakan policresulen dianggap kurang tepat dengan cara memaparkan konsentrat tersebut ke dalam mukosa mulut," kata Rahmi.
https://sains.kompas.com/read/2018/02/16/090700923/tak-boleh-gunakan-albothyl-apa-obat-paling-tepat-untuk-sariawan