Hal ini membuat peneliti menyadari alasan mengapa tumor mengalami resistensi meskipun sudah diberi obat untuk mengambat perkembangan tumor.
Studi yang terbit di Nature Communications ini menyarankan para ahli dan tim medis untuk memberikan perawatan dengan pendekatan lebih khusus dan detail terhadap kanker paru non sel kecil atau NSCLC.
Salah satu karakter penyakit kanker paru-paru pada orang Asia adalah adanya mutasi gen EGFR3, atau reseptor faktor pertumbuhan epidermal.
Gen ini juga dikenal sebagai gen penangkal tumor yang memiliki kemampuan mengatur dan mengendalikan siklus sebuah sel.
Menurut penelitian, mutasi pada gen ini ternyata terjadi pada hampir 50 persen pasien kanker paru-paru di Singapura. Obat yang diharapkan mengendalikan pertumbuhan kanker, ternyata efeknya tidak bertahan lama. Pasien kambuh lagi dalam hitungan bulan dan mengalami resistensi obat.
"Studi tentang kompleksitas genetik tumor pada pasien Asia telah memberi kita wawasan baru mengapa mereka cepat mengembangkan resistansi setelah pemberian anti-EGFR. Kami juga menemukan bahwa tumor dengan tingkat mutasi yang tinggi akan lebih resisten terhadap obat," kata Dr. Axel Hillmer, Principal Investigator di GIS dan tergabung dalam penelitian ini.
Penemuan ini memungkinkan peneliti melakukan analisis terperinci, menyimpulkan bahwa tumor paru-paru pada pasien Asia lebih kompleks daripada yang diperkirakan sebelumnya," kata Dr. Rahul Nahar, koordinator penelirian dikutip dari Medicalexpress, Selasa (13/2/2018).
Profesor Ng Huck Hui, Direktur Eksekutif GIS, mengatakan bahwa analisis subtipe NSCLC ini unik dan telah menghasilkan wawasan dan arahan penelitian baru. Penemuan seperti ini akan terus membuka jalan untuk mengembangkan perawatan yang semakin tepat.
Dr. Daniel Tan, ahli tumor dari NCSS, menyarankan adanya penelitian lanjutan terkait formula obat kanker paru-paru tersebut.
"Pekerjaan berikutnya perlu difokuskan untuk mengidentifikasi kombinasi obat atau strategi pengobatan, yang memperhitungkan kemampuan tumor untuk menyesuaikan diri dengan perawatan yang berbeda, "kata Dr. Daniel Tan, Konsultan Onkologi Medis Senior di NCCS dan juga penulis dari makalah ini.
https://sains.kompas.com/read/2018/02/15/115229023/kanker-paru-paru-di-asia-sulit-dijinakkan-ahli-temukan-sebabnya