Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 10/02/2018, 17:33 WIB

KOMPAS.com -- Para ibu seringkali mengeluhkan anaknya yang susah makan. Makanan yang dihidangkan sama sekali tidak dilirik, apalagi ketika anak diminta menghabiskan makanan, bisa terjadi perang dunia III.

Meta Herdina Hanindita, dokter spesialis anak yang ditemui dalam peluncuran dua buku karyanya di Jakarta pada Kamis (9/2/2018) meminta para orangtua untuk tanggap dengan kondisi tersebut. Anak justru jangan divonis nakal atau malas.

Pasalnya, bisa jadi anak memang memiliki gangguan pada organ tubuhnya.

“Saya pernah punya pasien berumur tujuh tahun yang tidak mau makanan bertekstur kasar, maunya yang dihaluskan, diblender gitu. Setelah diperiksa, ternyata ada gangguan pada rahangnya,” ujar dokter yang menamatkan program spesialis anak di Universitas Airlangga.

Baca juga : Ibu Bijak Harus Ingat 4 Tips Dokter Ini dalam Menyapih

Anak susah makan merupakan tanggung jawab orangtua. Jika orangtua lalai menaikkan tekstur makanan anak saat berumur enam hingga sembilan bulan, bisa jadi anak malah tidak bisa makan nasi, dan hanya mau makanan berkuah yang tinggal telan.

Selain itu, gangguan oromotorik juga bisa memicu anak menjadi susah makan. Proses makan makanan yang bertekstur keras, menurut Meta, memerlukan bentuk rahang yang simetris. Sementara itu, pertumbuhan gigi bukan faktor yang membuat anak susah melahap makanan bertekstur keras.

Meta berkata bahwa lidah juga harus punya kemampuan bergerak ke kanan dan ke kiri agar makanan bisa didorong masuk ke organ pencernaan. Namun, ditemukan beberapa kasus di mana otot dan syaraf anak gagal merespons makanan yang masuk ke mulut.

“(Lalu) susah makan bisa jadi juga karena anak tidak mengenal konsep lapar dan kenyang,” tutur Meta.

Baca juga : Apakah Vaksin Benar-benar Aman bagi Anak? Dokter Menjawab

Aturan makan, terang Meta, mensyarakatkan tidak adanya distraksi. Sayangnya, beberapa orangtua justru tidak menerapkan itu dan malah mengiming-imingkan sesuatu supaya anak mau makan.

Ada pula yang membujuk anak untuk makan dengan mengajaknya berkegiatan lain dulu atau sambil beraktivitas lainnya. Padahal itu salah, papar Meta. Akibatnya, anak menganggap makan sebagai kegiatan bermain dan ketika aktivitas yang menarik minat untuk makan dihentikan atau hilang, anak menjadi susah makan.

Sebaiknya, sedari dini anak wajib diajarkan makan di meja makan dengan posisi tegak. Posisi miring atau posisi lainnya akan menyusahkan gerakan menelan makanan.

“Sebaiknya segera konsultasikan ke dokter anak jika anak dicurigai susah makan,” saran Meta.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Apakah Hewan Juga Bisa Menopause?

Apakah Hewan Juga Bisa Menopause?

Oh Begitu
Berapa Lama Kura-kura dan Penyu Bisa Hidup?

Berapa Lama Kura-kura dan Penyu Bisa Hidup?

Oh Begitu
5 Manfaat Jus Mengkudu untuk Kesehatan

5 Manfaat Jus Mengkudu untuk Kesehatan

Oh Begitu
Sejak Kapan FIFA Didirikan?

Sejak Kapan FIFA Didirikan?

Oh Begitu
Apa Saja Manfaat Buah Delima untuk Kesehatan?

Apa Saja Manfaat Buah Delima untuk Kesehatan?

Oh Begitu
Si Minions “Arthropoda Tanah” sebagai Penyelamat Tanah yang Butuh Perhatian untuk Generasi Sekarang dan Masa Datang

Si Minions “Arthropoda Tanah” sebagai Penyelamat Tanah yang Butuh Perhatian untuk Generasi Sekarang dan Masa Datang

Fenomena
Hewan-hewan Punah yang Coba Dihidupkan Lagi dengan Teknologi

Hewan-hewan Punah yang Coba Dihidupkan Lagi dengan Teknologi

Oh Begitu
Seberapa Banyak Organ dalam Tubuh Manusia?

Seberapa Banyak Organ dalam Tubuh Manusia?

Oh Begitu
Lebih Sehat Mana Minum Air Dingin atau Hangat?

Lebih Sehat Mana Minum Air Dingin atau Hangat?

Oh Begitu
Mengapa Saat Stres Selalu Ingin Buang Air Kecil?

Mengapa Saat Stres Selalu Ingin Buang Air Kecil?

Oh Begitu
Apa Saja Mamalia yang Bisa Ditemukan di Gunung Merapi?

Apa Saja Mamalia yang Bisa Ditemukan di Gunung Merapi?

Oh Begitu
Apa Saja Makanan yang Baik untuk Berbuka Puasa?

Apa Saja Makanan yang Baik untuk Berbuka Puasa?

Oh Begitu
Indikator Kesejahteraan Lokal

Indikator Kesejahteraan Lokal

Fenomena
Mengapa Anak-anak Bisa Belajar Hal Baru dengan Cepat?

Mengapa Anak-anak Bisa Belajar Hal Baru dengan Cepat?

Oh Begitu
Apakah Efek pada Wajah Saat Berolahraga Memakai Make-up?

Apakah Efek pada Wajah Saat Berolahraga Memakai Make-up?

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+