Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Vaksin Benar-benar Aman bagi Anak? Dokter Menjawab

Kompas.com - 09/02/2018, 12:51 WIB
Shela Kusumaningtyas,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

CIREBON , KOMPAS.com - Banyak orangtua meragukan keamanan vaksin. Dalam acara Media Gathering Biofarma, Arifianto, dokter spesialis anak yang bertugas di Rumah Sakit Pasar Rebo menjawab kegelisahan.

Tanda mual, muntah, demam, bengkak, dan lemas usai divaksinasi merupakan kewajaran. Orang tua tidak perlu panik menghadapi itu, akan hilang dalam waktu 24 jam kemudian.

Vaksin itu aman dan efektif. Orang tua harus paham bahwa KIPI ringan dan berat pasti muncul sehabis vaksin. KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi) berat misalnya masuk ICU setelah imunisasi, lalu meninggal. Namun kasus itu terbilang langka, satu banding sejuta,” papar perwakilan dari Satuan Petugas Kejadian Luar Biasa Ikatan Dokter Anak Indonesia (Satgas KLB IDAI) ini.

Pada kesempatan tersebut, Novilia Sjafri Bachtian, Kepala Divisi Surveilan dan Uji Klinis Biofarma ikut menjabarkan bahwa KIPI merupakan efek samping yang timbul seusai diimunisasi.

Berbagai faktor penyebab munculnya KIPI misalnya kesalahan program, koinsidensi, reaksi suntikan, dan hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan.

Senada dengan Arifianto, Novilia juga menyebut efek samping usai divaksinasi pasti muncul tetapi tidak sampai tahap serius.

Sejauh ini, setelah dilakukan tindak lanjut atas pengaduan KIPI, Novilia menemukan belum ada KIPI yang dipicu kualitas produk vaksin.

Baca juga : Untuk Orang Alergi Telur, Vaksin Flu Perlu Diberikan dengan Hati-hati

KIPI yang paling umum dijumpai disebabkan faktor kebetulan. Riwayat alergi dan penyakit yang diidap sebelum imunisasi inilah yang memancing keluarnya KIPI.

“Pernah ada pasien mengalami demam terus-menerus setelah imunisasi, Rupanya, dia sudah ada gejala demam berdarah sebelum diimunisasi,” ujar Novilia.

Keamanan vaksin turut ditunjang serangkaian tahap uji klinis saaat proses produksi. Arifianto sepakat tentang alur produksi vaksin sudah melewati pengontrolan bertingkat.

Tahapan pembuatan vaksin meliputi pengajuan kandidat vaksin yang akan diproduksi. Lalu masuk tahap pra-klinis pada hewan, lalu dilihat reaksinya.

Jika efektif, fase 1 hingga 3 pun dijalani bertahap. Vaksin diujikan secara berjenjang dari dewasa sehat, remaja, balita, dan terakhir pada bayi. Evaluasi pun dilakukan.

Responden pengujian vaksin pun bertambah jika vaksin terbukti ampuh. Lalu, waktu pengujian ikut ditingkatkan untuk mendapatkan hasil penelitian yang jelas.

Setelah diproduksi dan dilempar ke pasaran, KIPI akan tetap dipantau.

Arifianto pun menjamin keamanan vaksin meski mengandung bahan-bahan yang secara umum dianggap berbahaya seperti alumunium dan formalin. Alumunium berperan sebagai ajuvan dalam vaksin. Zat ini, menurut Arifianto, dipakai agar vaksin lebih memiliki respon imun yang tinggi kendati jumlah bahan aktif lebih sedikit.

Kandungan aluminum yang ada di vaksin tidak perlu dikhawatirkan. Pasalnya, makanan sehari-hari yang dikonsumsi pun mengandung alumunium. Alumunium juga ditemukan pada ASI.

“Formalin pada vaksin dipakai untuk mematikan virus. Kita tenang saja, formalin juga ada di buah-buahan seperti pir,” ujarnya meyakinkan.

Baca juga : Virus Flu Tingkatkan Risiko Serangan Jantung, Vaksin Bisa Jadi Solusi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com