Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter Jelaskan Alasan Imunisasi Harus Terkesan Memaksa

Kompas.com - 10/02/2018, 12:08 WIB
Shela Kusumaningtyas,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com -- Program imunisasi yang digalakkan pemerintah terkesan memaksa masyarakat agar mau divaksinasi. Arifianto, dokter spesialis anak yang bertugas di Rumah Sakit Pasar Rebo Jakarta, membeberkan alasannya.

Dalam acara Media Gathering Biofarma di Cirebon pada Rabu (7/8/2018), Arifin mengungkap, vaksinasi dianjurkan untuk setiap masyarakat, terutama anak-anak, agar cakupan imunisasi juga tinggi.

“Ketika cakupan imunisasi rendah, Kejadian Luar Biasa (KLB) bisa terjadi,” ujar dokter yang juga aktif di Satuan Petugas Kejadian Luar Biasa Ikatan Dokter Anak Indonesia (Satgas KLB IDAI).

Jika masyarakat sadar untuk melakukan vaksinasi, kata Arifin, wabah penyakit pun bisa ditekan.

Baca juga : Apakah Vaksin Benar-benar Aman bagi Anak? Dokter Menjawab

Arifin juga meluruskan anggapan mengapa anak yang diimunisasi tetap sakit, sedangkan anak yang tidak diimunisasi jarang sakit. Menurut dia, fenomena tersebut bisa dijelaskan lewat pemahaman nerd immunity.

Dia mengilustrasikan, ketika ada penyakit menular muncul di sebuah populasi yang belum mengenal vaksinasi, wabah bisa timbul dengan mudah.

Hal ini berbeda jika di populasi tersebut ada anak yang sakit dan sebagian telah tervaksinasi. Jumlah anak yang tertular penyakit pun akan berkurang, sementara risiko anak yang tidak ikut vaksin untuk tertular juga turun karena mendapat perlindungan tambahan dari anak-anak yang divaksin.

Baca juga : Untuk Orang Alergi Telur, Vaksin Flu Perlu Diberikan dengan Hati-hati

Selanjutnya, bila sebagian besar anak di populasi tersebut sudah divaksinasi dan ada lebih sedikit anak yang tengah sakit, anak yang berpotensi tertular penyakit pun jumlahnya sedikit, dan anak yang tidak divaksin juga tidak terkena penyakit karena teman-temannya telah divaksinasi.

Kendati ada potensi anak yang sehat dan telah divaksinasi tetap bisa tertular, presentasenya tergolong kecil. “Meski 100 persen anak sudah divaksinasi, yang terimunisasi jumlahnya tidak mencapai 100 persen. Mungkin 95 persen. Ini tergantung daya tahan tubuh sang anak,” jelas Arifianto.

Anak-anak yang mesti diprioritaskan agar mendapat cakupan imunisasi tinggi adalah anak-anak dengan HIV dan penderita leukimia. Kelompok anak-anak ini menjadi target vaksinasi karena kondisi imunitas mereka dari awal lemah.

Cakupan imunisasi juga tergantung kondisi geografis sebuah wilayah, apakah wilayah tersebut endemik penyakit atau tidak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com