Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/02/2018, 11:44 WIB
|
EditorYunanto Wiji Utomo

JAKARTA, KOMPAS.com - Hingga Maret mendatang, Indonesia masih akan mengalami musim hujan. Sementara khusus untuk Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) puncak hujan ekstrem terus berlangsung hingga pertengahan Februari.

Melihat kondisi tersebut, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat untuk lebih –lebih berhati.

BMKG merekomendasikan langkah-langkah yang bisa dilakukan masyarakat dalam mewaspadai cuaca ekstrem. Hal ini dibahas pada acara Evaluasi Cuaca Ekstrem pada Selasa (6/2/2018) di gedung BMKG Pusat, Jakarta.

Lewat video konferensi dari Medan, Dwikorita Karnawati selaku Kepala BMKG Pusat mengimbau masyarakat tetap berjaga-jaga dengan kemungkinan terjadinya bencana banjir, longsor, dan genangan. Utamanya masyarakat yang mendiami wiayah dengan potensi hujan deras dan daerah rawan banjir serta longsor.

Baca juga : Prediksi BMKG, Hujan Masih Landa Indonesia Hingga Maret 2018

Hujan yang dibarengi dengan angin kencang dikhawatirkan dapat menumbangkan pohon atau mengambrukkan baliho. “Masyarakat jangan berteduh di bawah pohon apabila hujan disertai petir atau kilat,” ujar Dwikorita.

Cuaca ekstrem turut mempengaruhi gelombang laut. Ini berbahaya bagi masyarakat di sekitar pesisir. Para nelayan dengan kapal kecil akan lebih mudah terombang-ambing di perairan saat hujan turun dengan tiupan angina yang kencang.

Widada Sulistya, Sekretaris Utama BMKG Pusat ikut menambahkan, pohon-pohon baiknya dikurangi tingginya. Namun ia tidak menyuruh untuk menebangnya. Pohon yang tidak dipangkas dikhawatirkan tumbang.

“Kalau Anda tidak yakin peralatan elektronik bebas dari sambaran petik, ada baiknya dimatikan ketika keluar rumah, saat periode cuaca ekstrem,” kata Widada.

Dijelaskan Widada, cuaca ekstrem yang berlangsung di Indonesia disebabkan kuatnya pergerakan laju angina baratan serta persinggungan antara angina baratan dengan angin dari luar Asia. Untuk angin kencang terbentuk karena perkembangan awan Cumulonimbus (Cb).

Baca juga : Kenapa Jalan Lebih Mudah Berlubang Saat Musim Hujan? Ini Penjelasannya

 

 

 

 

 

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+