Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Hidup dan Mati Nigel, Burung Laut Paling Kesepian di Dunia

Kompas.com - 06/02/2018, 12:07 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com -- Kematian Nigel pada akhir Januari 2018 lalu mengingatkan kita lagi tentang kisah kehidupan burung Morus paling kesepian di dunia. Kisahnya sekaligus menjadi gambaran usaha keras para pakar konservasi dan para sukarelawan yang ingin mengembalikan keragaman hayati Selandia Baru.

“Ini seperti akhir yang salah untuk Nigel harus mati sekarang. Pas ketika segalanya tampak akan menjadi lebih baik untuknya,” kata Chris Bell, petugas dari departemen konservasi Selandia Baru yang menemukan Nigel sudah tak bernyawa di sarangnya.

Kisah ini bermula di pulau Mana, sebuah pulau yang disiapkan untuk menjadi pusat konservasi hewan dan tanaman asli Selandia Baru, termasuk burung laut bergenus Morus.

Kelompok konservasi Friends of Mana Island berkata bahwa proyek ini merupakan salah satu pulau dari usaha Selandia Baru untuk menghapuskan predator invasif pada 2050. Mana yang tidak pernah ditinggali oleh tikus dianggap sebagai tempat yang sangat cocok untuk mengenalkan kembali spesies asli Selandia Baru.

Baca juga : Kisah Haru Kematian Nigel, Burung Kesepian di Pulau Mana

Sejauh ini, sebanyak 500.000 tanaman asli, kadal, burung laut, dan burung asli lainnya telah dipindahkan ke pulau Mana. Namun, para pakar belum berhasil merelokasikan populasi Morus. Padahal, burung ini, seperti burung laut lainnya, adalah kunci untuk mengembalikan nutrisi tanah yang dibutuhkan oleh serangga dan tanaman.

Pada 1990-an, para pakar konservasi mengambil langkah drastis dengan membangun patung Morus dari beton di sebelah barat Mana. Pemikat ini diberi paruh kuning, ujung sayap hitam dan bulu putih. Lalu, agar semakin meyakinkan, para pakar konservasi juga memutar suara panggilan burung laut melalui speaker berenergi surya.

Berbagai burung laut datang setelah mendengar panggilan tersebut, tetapi kemudian mereka pergi begitu saja.

Usaha tersebut hampir dianggap gagal hingga kedatangan Nigel beberapa tahun lalu. Nigel rupanya jatuh cinta kepada salah satu replika tersebut dan memilihnya sebagai pasangan seumur hidup.

“Ia (Nigel) membangun sarang di sampingnya. Ia terlihat mencoba menarik perhatiannya dengan merapikan bulu-bulu replika tersebut. Nigel bahkan terlihat mencoba mengawininya,” kata Linda Kerkmeester, wakil presiden dari Friends of mana Island.

Baca juga : Mari Belajar Jadi Orangtua yang Lebih Baik dari Burung Laut

Bell berkata bahwa bagian paling menyedihkan dari kisah Nigel adalah sikap “dingin” dari Morus palsu. “Betapa frustasinya untuk berusaha memikat burung batu ini dan tidak mendapat apa-apa. Ia tidak ditolak dan tidak mendapat dorongan,” kata Bell.

Meski demikian, keberadaan Nigel tidak sia-sia. Dia menjadi simbol usaha para pakar konservasi untuk menarik Morus lainnya ke pulau Mana.

Setelah kehadiran Nigel, para pakar kembali mendapat semangat untuk meneruskan proyek ini. Mereka pun mewarnai kembali dan mengubah posisi burung palsu, serta memindahkan speaker agar suara rekaman terdengar lebih jauh di lautan.

Tak lama kemudian, tiga burung laut baru datang ke Mana untuk menemani Nigel. Walaupun Nigel menolak untuk berkawan dengan mereka, para pakar meyakini bahwa keberadaannya berjasa dalam membuat ketiga burung menetap di Mana.

Kini, para pakar berharap agar kawanan baru ini terus tinggal di Mana dan berkembang biak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau