Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pria, Ketahuilah bahwa Kanker Payudara Juga Bisa Menyerang Anda

Kompas.com - 30/01/2018, 18:34 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com – Hingga kini, banyak yang berpikir bahwa kanker payudara adalah penyakit khusus perempuan. Namun, nyatanya kanker payudara juga bisa menyerang laki-laki.

Ditemui dalam acara Serba-serbi Kanker Payudara di Jakarta, Senin (29/1/2018), dr M Yadi Permana, SpB (K) Onk berkata bahwa laki-laki juga bisa terserang kanker payudara, walaupun kemungkinannya lebih kecil dari perempuan.

Dokter spesialis bedah dan konsultas bedah onkologi Rumah Sakit Pondok Indah ini berkata bahwa sekitar 1 persen dari penderita kanker payudara adalah laki-laki. Akan tetapi, mereka biasanya baru terdiagnosis ketika sudah di stadium lanjut.

Hal ini karena para laki-laki biasanya tidak memiliki kesadaran untuk melakukan deteksi dini kanker payudara, dan kalaupun memiliki kesadaran tersebut, memang lebih sulit terdeteksi.

Yadi mengatakan, (sebenarnya) tanda-tanda kanker payudara laki-laki sama dengan perempuan, tetapi karena payudaranya kecil jadi lebih sulit terdeteksi.

Baca juga : Punya 9 Faktor Risiko Ini? Kemungkinan Kanker Payudara Lebih Besar

Oleh sebab itu, Yadi pun merekomendasikan pemeriksaan payudara sendiri (sadari) dan pemeriksaan payudara klinis (sadanis) untuk laki-laki dan perempuan.

Sebab, pemeriksaan klinis payudara oleh dokter dapat mendeteksi sampai 85 persen kanker payudara, mammografi sampai 90 persen, dan biopsi sampai 91 persen. Apabila ketiganya dilakukan, maka kanker payudara dapat dideteksi secara dini hingga 99,5 persen.

Sadari

Pemeriksaan payudara sendiri (sadari) dilakukan dengan berbagai posisi, dimulai dari berdiri dengan lengan di kedua sisi tubuh dan mengangkat tangan ke atas kepala, lalu menekan kedua tangan di pinggang dan menggerakkan kedua lengan dan siku ke depan sambil mengangkat bahu.

Hal ini juga bisa dilakukan dengan berbaring dan meletakkan bantal kecil di bawah bahu kanan. Letakkan tangan kanan di bawah kepala dan gunakan ketiga jari untuk memeriksa seluruh payudara, termasuk puting. Lalu, periksa juga daerah ketiak, luar payudara, dan melingkar hingga ke daerah puting.

Lakukan sadari tujuh hari setelah haid. “Menjelang, setelah, dan saat haid; payudara membesar. Jadi butuh tujuh hari untuk menghindari kekaburan data akibat hormonal,” kata Yadi.

Perhatikan apakah ada perubahan ukuran atau bentuk payudara dan puting, apakah ada cekungan di kulit, dan apakah ada nyeri yang terus menerus.

Yadi menjelaskan bahwa gejala yang paling sering muncul adalah benjolan pada payudara yang lebih padat daripada jaringan payudara normal. Biasanya benjolan ini tidak disertai rasa nyeri. Akan tetapi, apabila benjolan ini tidak bergerak atau terfiksasi, maka kanker kemungkinan telah berada di stadium lanjut.

Baca juga : Wanita Harus Tahu, Jaga Berat Badan Bisa Cegah Kanker Payudara

Lalu, bila kulit di sekitar payudara berwarna kemerahan dan terdapat cekungan seperti lesung pipi; maka Anda sebaiknya segera melakukan pemeriksaan klinis ke dokter. Yadi berkata bahwa pada stadium tiga, biasanya cekungan ini semakin meluas sehingga kulit payudara terlihat seperti kulit jeruk purut.

Kemudian, tekan juga puting dengan lembut untuk melihat adanya cairan atau darah yang keluar. Keluarnya cairan merah atau kecoklatan dari puting payudara, kata Yadi, disebabkan oleh sel kanker yang telah menginfeksi kelenjar air susu.

Sadanis

Pemeriksaan klinis oleh dokter (sadanis) sebaiknya dilakukan oleh perempuan pada usia 20-39 tahun sekali dalam tiga tahun, sementara perempuan usia 40 tahun ke atas sebaiknya melakukan sadanis satu tahun sekali.

Yadi menjelaskan bahwa sadanis bisa dilkakukan dalam beberapa metode dan dibagi menjadi dua kategori besar, yakni pemeriksaan radiologi dan biopsi.

Pemeriksaan radiologi yang paling tidak invasif adalah USG payudara. Metode ini bisa dilakukan pada semua umur, tetapi hanya bila benjolan cystic atau padat telah ditemukan.

Apabila belum, maka pilihan lainnya adalah mammografi di mana payudara ditekan oleh dua plat untuk meratakan dan menyebarkan jaringan. Yadi berkata bahwa mammografi bertujuan untuk mencari kelainan atau lesi yang tidak teraba.

Namun, mamografi tidak seusai untuk perempuan di bawah usia 35 tahun yang jaringan payudaranya masih kencang, karena metode ini mencari lesi dengan mencari perubahan gradasi warna putih.

Baca juga : Ini Alasan Pasien Kanker Payudara Baru ke Dokter di Stadium Lanjut

Di luar negeri, standar pendeteksian kanker payudara menggunakan Magnetic Resonance Imaging karena lebih sensitif dari mammografi. Akan tetapi, biayanya yang tergolong mahal membuat sulit dijadikan screening rutin di Indonesia.

Terakhir dalam kategori radiologi adalah PET Scan di mana zat kontras disuntikkan lewat vena untuk memetakan penyebaran sel kanker. Yadi berkata bahwa PET Scan bukan untuk screening rutin, melainkan mendeteksi keberadaan tumor yang tidak terlihat di USG dan MRI.

Jika ditemukan tumor yang diduga kanker, maka tahapan sadanis berikutnya adalah biopsi yang dibagi menjadi tiga jenis.

Jenis pertama adalah fine needle aspiration biopsy (FNAB) di mana jaringan diambil dengan jarum halus. Dibandingkan dengan dua jenis biopsi lainnya, yakni core biopsy yang mengambil jaringan dengan irisan kecil tanpa prosedur bedah dan biopsi bedah; FNAB memiliki keakuratan paling rendah.

Sementara itu, core biopsy dan biopsi bedah yang biasanya dilakukan dengan mengangkat tumor seluruhnya memiliki tingkat akurasi hampir 100 persen dan telah dijadikan gold standard.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau