KOMPAS.com -- Saat kecil, kita telah diajari bahwa manusia berbeda dengan hewan. Namun, apa yang membuat kita berbeda dari hewan atau bahkan, primata lainnya?
Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh tim peneliti Internasional mencoba menjawabnya.
Dalam studi yang sudah diterbitkan di PNAS, Senin (22/1/2018), para peneliti mengungkapkan bahwa perbedaan ini ada pada senyawa dopamin di dalam otak.
Sebagai informasi, senyawa dopamin ditemukan pada manusia dan hewan lain seperti primata. Meski begitu, mereka membuktikan bahwa manusia memiliki jumlah dopamin lebih banyak yang membuat manusia memiliki sikap lebih bersahabat dan tidak agresif dibandingkan makhluk hidup lainnya.
Baca Juga: Benarkah Operasi Sesar Berpengaruh pada Evolusi Manusia?
Senyawa dopamin ini juga membantu manusia untuk saling membantu satu sama lain, membatasi hubungan seksual, dan mengurangi agresi antar kelompok.
"Manusia mempunyai keberhasilan demografi yang luar biasa dibandingkan dengan kerabat terdekatnya dalam sifat sosial, bahasa, empati, dan altruisme (sifat mengutamakan kepentingan orang lain)," kata Owen Lovejoy dari Kent State University di Ohio, dikutip dari Eurekalert, Sabtu (27/1/2018).
Lovejoy melanjutkan, peneliti sekarang memiliki tugas untuk bisa menjelaskan bagaimana dopamin bisa merubah perilaku sosial manusia dan membedakannnya dengan primata lain.
Dalam menjawab tantangan itu, tim peneliti mengumpulkan 38 sampel jaringan otak dari manusia dan beberapa jenis primata seperti monyet capuchin berumbai, kera ekor babi, babun zaitun, gorila, dan simpanse yang semuanya meninggal karena sebab alami.
Peneliti berfokus pada bagian striatum otak yang berfungsi memilah pesan untuk gerakan otot, pembelajaran, dan perilaku sosial.
Mereka mengamati senyawa kimia pada jaringan otak yang merespons sel saraf penghubung yang berbeda untuk melihat jumlah kadar dopamin, serotonin, dan neuropeptida Y. Semua sel penghubung saraf itu terkait dengan perilaku sosial dan kerja sama.
Hasilnya, manusia dan kera memiliki lebih banyak serotonin dan neuropeptida Y daripada yang lain. Dopamin pada manusia menunjukan jumlah yang lebih banyak, sementara jumlah asetilkolin manusia yang terkait dengan perilaku teritorial lebih sedikit dari makhluk lainnya.
Ini berarti penemuan tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa ekspresi gen TH pada manusia lebih tinggi dibandingkan simpanse. Gen TH ini berperan dalam produksi jumlah dopamin.
Baca Juga: Rekayasa Genetika Buktikan Burung Memang Hasil Evolusi dari Dinosaurus
Proses evolusi manusia di bagian otak memang sulit dipastikan, namun analisis neurokimia semacam ini dapat membantu kita mendapatkan gagasan yang lebih jelas. Para antropolog juga berpikir tentang beberapa perbedaan utama untuk menjelaskan bagaimana kita bisa beralih ke berjalan tegak, mengembangkan alat, dan membentuk peradaban maju.
Tingkat kimiawi yang berbeda dalam striatum juga memengaruhi gaya kepribadian dan perilaku sosial pada simpanse dan manusia saat otak mereka berukuran sama, sekitar 7-9 juta tahun yang lalu.
"Jika dilihat dari perspektif catatan fosil manusia, perbedaan senyawa kimiawi di saraf otak kemungkinan besar mengarah pada akar asal usul manusia atau hominid yang bertanggung jawab atas ketidaksuksesan awal mereka," kata Mary Ann Raghanti, dari Kent State yang juga koordinator penelitian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.