Dengan cara ini, mereka dapat mengaktifkan kembali gen yang dibutuhkan untuk pengembangan embrio.
Sel Janin Sebagai Donor
Selain itu, mereka menggunakan sel jaringan ikat yang disebut fibroblas dari janin kera ekor panjang (Macaca fascicularis) sebagai donor. Untuk mengantisipasi kegagalan, mereka menciptakan 79 oosit kloning yang ditanamkan pada rahim 21 ibu pengganti.
Menurut laporan yang dipublikasikan dalam jurnal Cell edisi Rabu (24/01/2018), enam kehamilan terus berlanjut. Sayangnya, hanya dua yang berkembang penuh hingga dilahirkan.
Pada percobaan lainnya, para peneliti juga mencoba kloning dengan donor sel monyet dewasa. Lagi-lagi, percobaan ini kurang sukses.
Baca juga: Ternyata, Domba Dolly Tidak Mati karena Dikloning, tetapi...
Dari kloning sel dewasa tersebut, sebenarnya ada dua kelahiran yang tercipta. Namun, kedua bayi primata itu meninggal segera setelah lahir.
Poo menyebut hal ini mungkin karena sel-sel dewasa lebih sulit diprogram ulang dibanding sel janin. Selain itu, sel janin juga mudah tumbuh di lingkungan laboratorium dan mudah pula diedit secara genetis
Dilansir dari Time, Rabu (24/01/2018), para peneliti menilai pengkloningan ini disebut memiliki proses yang sangat tidak efisien. Pasalnya, dibutuhkan 127 sel telur untuk mendapatkan kedua bayi monyet itu.
Selain itu, sejauh ini, pengkloningan hanya berhasil jika dimulai dengan menggunakan janin monyet. Para peneliti gagal menghasilkan bayi yang sehat dengan mengkloning monyet dewasa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.