Untuk mengatasi masalah tersebut, para peneliti memperbaiki teknik pengkloningan mereka. Mereka mengoptimalkan transfer nuklir dengan pencitraan mutakhir.
Di samping itu, mereka juga memperbaiki perpaduan sel donor ke sel telur selama proses transfer.
Baca juga: Kisah Domba Dolly, Hasil Kloning Mamalia Pertama di Dunia
"Kami mencoba beberapa metode yang berbeda, tapi hanya satu yang berhasil," kata Qiang Sun, penulis senior penelitian ini dikutip dari Science Alert, Kamis (25/01/2018).
"Ada banyak kegagalan sebelum menemukan cara untuk mengkloning seekor monyet," imbuhnya.
Setelah melalui berbagai percobaan, para peneliti beralih menggunakan epigenetika (perubahan ekspresi genetika) untuk melakukan pemrograman ulang ini. Mereka tak hanya mengubah urutan DNA itu sendiri, tapi juga cara gen individu diekspresikan.
Dengan cara ini, mereka dapat mengaktifkan kembali gen yang dibutuhkan untuk pengembangan embrio.
Sel Janin Sebagai Donor
Selain itu, mereka menggunakan sel jaringan ikat yang disebut fibroblas dari janin kera ekor panjang (Macaca fascicularis) sebagai donor. Untuk mengantisipasi kegagalan, mereka menciptakan 79 oosit kloning yang ditanamkan pada rahim 21 ibu pengganti.
Menurut laporan yang dipublikasikan dalam jurnal Cell edisi Rabu (24/01/2018), enam kehamilan terus berlanjut. Sayangnya, hanya dua yang berkembang penuh hingga dilahirkan.
Pada percobaan lainnya, para peneliti juga mencoba kloning dengan donor sel monyet dewasa. Lagi-lagi, percobaan ini kurang sukses.
Baca juga: Ternyata, Domba Dolly Tidak Mati karena Dikloning, tetapi...
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.