Selain menyempurnakan tes darah yang saat ini digunakan, para peneliti juga membuat tes prediksi dengan cara yang lain yaitu tes genetik. Hal ini dikembangkan oleh para peneliti di University of California San Diego School of Medicine.
Mereka mengembangkan sebuah alat genetik untuk memprediksi kanker prostat.
Temuan yang dipublikasikan dalam British Medical Journal (BMJ) ini bermula dari ketidakpuasan peneliti terhadap pengujian PSA. Salah satunya dikarenakan tes PSA sering memberikan hasil positif palsu.
"Tes PSA yang ada berguna, tapi tidak cukup tepat untuk digunakan pada semua pria," kata Tyler M. Seibert, MD, PhD, penulis utama penelitian tersebut dikutip dari Science Daily, Jumat (11/01/2018).
Seibert dan timnya kemudian menggunakan studi asosiasi genom (GWAS ) untuk menentukan apakah gen pria cenderung mengembangkan kanker prostat. GWAS ini kemudian dapat digunakan untuk memprediksi risikonya mengembangkan bentuk penyakit yang agresif dan mematikan.
GWAS mencari genom individu dalam variasi kecil, yang disebut single-nucleotide polymorphisms (SNPs), yang lebih sering terjadi pada orang dengan penyakit tertentu daripada pada orang tanpa penyakit ini. Ratusan atau ribuan SNP dapat dievaluasi bersamaan pada kelompok besar orang.
Baca juga: Pria Berperut Besar Berisiko Kanker Prostat
Untuk mendapat temuan ini, para peneliti mengguanakan data lebih dari 200.000 SNP dari 31.747 orang keturunan Eropa yang berpartisipasi.
Genotip (kode genetik), status kanker prostat, dan usia dianalisis untuk memilih SNP yang terkait dengan diagnosis kanker prostat. Kemudian data dimasukkan ke dalam alat prediksi baru, yaitu Skor Risiko Poligenik, yang melibatkan analisis kelangsungan hidup untuk memperkirakan efek SNP pada usia saat diagnosis kanker prostat agresif.
Hasilnya, angka dari skor risiko tersebut dapat memperkirakan risiko genetik individu.
"Kekuatan tes ini adalah genotip individu tidak berubah seiring bertambahnya usia, sehingga skor ini dapat dihitung dan digunakan kapan saja," kata Ian Mills, profesor kanker prostat di Nuffield Departement of Surgical Sciences yang terlibat dalam penelitian ini dikutip dari laman resmi Oxford University, Jumat (11/01/2018).
"Namun, kita masih perlu mempelajari manfaat klinis sebelum menggunakan tes skor risiko poligenik ini digunakan secara terus menerus," sambungnya.
"Skor risiko poligenik dihitung dari 54 SNP dan terbukti merupakan prediktor yang signifikan untuk diagnosis kanker prostat yang agresif," kata Seibert.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.