Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Ungkap Polusi Suara Bikin Burung Alami Stres Kronis

Kompas.com - 10/01/2018, 17:35 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Sumber PHYSORG

"Tapi apa yang kita pelajari dari penelitian manusia dan hewan pengerat adalah dengan pemicu stres yang tak terhindarkan, termasuk gangguan stres pasca-trauma pada manusia, hormon stres sering kali rendah secara kronis," sambung ahli fisiologi stres dari CU Boulder tersebut.

Sedangkan, saat menguji respon anak burung terhadap ancaman yang tiba-tiba, para peneliti menemukan bahwa tingkat hormon stres mereka meroket dan lambat untuk kembali ke awal. Hubungan antara tingkat kortikosteron yang rendah kemudian mengalami lonjakan abnormal pada pemicu stres akut juga paralel dengan penelitian stres kronis pada manusia dan hewan pengerat, ungkap Guralnick.

"Ini adalah keselarasan rapi antara dua jenis literatur yang sama sekali berbeda, studi tentang stres serta tentang konservasi dan fisiologi," ungkap Guralnick.

Baca juga: 70 Persen Orang Bisa Mendengar Animasi Tanpa Suara Ini, Sains Jelaskan

"Hubungan antara kadar hormon rendah dan tinggi ini membantu menjelaskan mengapa data tentang kortikosteron dari studi fisiologi konservasi sbeelumnya tampak ada di mana-mana. Ini membantu menerangkan pola dasar dan menyarankan paradigma baru bagaimana kebisingan memengaruhi satwa liar,' imbuhnya.

Tingkat kebisingan di ladang gas alam mungkin tidak lebih keras dibandingkan dengan polusi suara yang diciptakan manusia. Tapi tetap saja, hal ini memiliki implikasi penting untuk melindungi satwa liar dan mungkin kesehatan manusia, ungkpa peneliti.

"Penelitian ini menunjukkan bahwa polusi suara mengurangi habitat hewan dan secara langsung memengaruhi kebugaran mereka dan pada akhirnya jumlahnya," ujar Guralnick.

Para peneliti menyebut peningkatan 10 desibel pada kebisingan di atas tingkat alami bisa menecilkan area pendengaran hewan hingga 90 persen.

"Mendengar adalah sistem pengawasan universal di antara hewan bertulang belakang, termasuk manusia," ungkap Clinton Francis, co-author penelitian ini.

"Mendengar merupakan indera yang tetap aktif bahkan saat tidur dan peristiwa ketidaksadaran lainnya. Karena kita (manusia) dan hewan lain bergantung pada indera ini, mungkin tidak terlalu berlebihan jika mungkin ada dampak fisiologis yang mirip terhadap manusia," sambung profesor biologi di California Polytechnic State University tersebut.

Baca juga: Kenapa Suara Hujan Bikin Kita Ngantuk?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber PHYSORG
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com