Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Kelelawar Australia Mati Terpanggang Gelombang Panas

Kompas.com - 09/01/2018, 19:07 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

KOMPAS.com -- Ratusan kelelawar berkepala kelabu (Pteropus poliocephalus) mati akibat gelombang panas yang terjadi di Campbelltown, Australia selatan. Pasalnya, suhu di daerah tersebut mencapai 44,2 derajat celcius.

"Mereka pada dasarnya kepanasan," kata Kate Ryan, manajer untuk koloni kelelawar Campbelltown kepada Campbelltown-Macarthur Advertiser.

"Ini mempengaruhi otak mereka - otak mereka seperti kentang goreng dan mereka menjadi kesulitan berpikir," lanjutnya.

Menurut Ryan, suhu di atas 30 derajat celsius bisa membahayakan kelelawar muda. Mamalia itu akan kehilangan kemampuan untuk mengatur suhu tubuh. Kondisi ini diperburuk dengan kurangnya air dan tempat berlindung yang sedang dihadapi koloni kelelawar Campbelltown.

Baca juga : Lewat Kotoran Kelelawar, Para Peneliti Pelajari Perubahan Iklim

Dilansir Live Science pada Senin (8/1/2018), kelompok kelelawar tersebut tinggal di dekat stasiun kereta kota.

Campbelltown-Macarthur Advertiser mencatat setidaknya terdapat 204 kelelawar yang ditemukan mati. Dari jumlah itu, kebanyakan adalah bayi kelelawar.

Help Save the Wildlife dan Bushlands di Campbelltown dalam akun Facebook-nya memaparkan, jumlah kelelawar yang mati jauh lebih banyak dari perkiraan. Sebab, tak semua kelelawar berhasil dijangkau ketika berada di atas pepohonan.

"Ketika bangkai-bangkai tersebut ditemukan kembali dan ditempatkan di sebuah tumpukan untuk dihitung, jumlahnya telah mencapai 200, tidak termasuk ratusan yang masih tertinggal di pohon yang tak tersentuh. Sayangnya, beberapa kelelawar dewasa juga termasuk dalam hitungan. Itu adalah sore yang panjang dan memilukan...," tulis mereka.

Australian Bureau of Meteorology mencatat terjadinya gelombang panas yang cukup parah di New South Wales.

Baca juga : Kelelawar Berkepala Dua Ditemukan di Hutan Brasil

Pada 6 Januari 2017 lalu, sebuah stasiun cuaca di Penrith, pinggiran Sydney, mencatat suhu udara mencapai 47,1 derajat Celcius. Angka itu menjadi suhu terpanas kedua setelah tahun 1939 di wilayah metro Sydney mencatat suhu 47,8 derajat Celcius.

Kepala bagian penelitian perubahan iklim di Pusat Penelitian Atmosfer Nasional AS (NCAR), Gerald Meehl mengatakan, gelombang panas bukanlah hal baru bagi Australia. Namun, perubahan iklim mendorong kenaikan suhu menjadi lebih tinggi dan intens.

"Gelombang panas berlangsung di bawah kerangka latar belakang suhu yang menjadi lebih hangat, jadi gelombang panas alami menjadi lebih intens," kata Meehl kepada Live Science.

Untungnya, panas ekstrem diperkirakan akan mereda dalam beberapa hari mendatang. Para ahli meteorologi berkata bahwa gelombang panas dengan intensitas rendah akan bertahan di sebagian besar negara bagian Queensland, New South Wales bagian utara, dan Australia Tengah bagian selatan setidaknya sampai Rabu (10/1/2018).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com