Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Panya, Gajah yang "Menumpang" Helikopter

Kompas.com - 03/01/2018, 22:04 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Rob Brandford, direktur eksekutif David Sheldrick Wildlife Trust tidak menjelaskan sacara rinci tentang kondisi Panya. Itu karena kondisi bayi gajah tersebut masih dalam tahap perawatan kritis.

"Panti asuhan" tersebut telah menyelamatkan lebih dari 20 gajah yatim piatu pada 2017. Semua gajah yang direhabilitasi di sana nantinya akan diintergasikan kembali ke alam bebas.

Gajah biasanya melahirkan dua hingga 4 tahun sekali. Itupun setelah mereka melewati masa gestasi (mengandung) 22 bulan, masa terlama dibanding mamalia lain.

Baca juga: Apa yang Harus Anda Lakukan untuk Memindahkan 500 Gajah?

Setelah lahir, bayi gajah nantinya akan bergantung pada susu induknya pada dua tahun pertama.  Pada masa itulah biasanya bayi gajah akan menambah berat badannya kira-kira berfluktuasi 100 kilogram selama seminggu.

Gajah prematur biasanya tidak dapat bertahan hidup panjang. Contohnya di Kebun Binatang Pittsburgh, Inggris.

Pihak kebun binatang memutuskan untuk melakukan euthanasia (suntik mati) terhadap bayi gajah prematur yang lahir di kebin binatang tersebut. Keputusan ini diambil setelah bayi gajah tersebut tidak dapat menambah berat badan selama berbulan-bulan.

Para petugas telah mencoba memberi makan anak gajah tersebut melalui tabung dan berkonsultasi dengan ahli gajah sebelum memutuskan hal tersebut.

Meski kondisi Panya saat ini tidak dipublikasikan, namun pihak "panti asuhan" akan tersu merawatnya.

"Panya memiliki jalan yang panjang untuk menempuh hidupnya, karena gajah kecil ini sangat rapuh dan rentang," kata Brandford.

"Begitu ia melewati beberapa bulan kritis pertama, kami akan fokus pada usaha yang dilakukan banyak orang untuk menyelamatkan anak gajah ini," tutupnya.

Baca juga: Dinosaurus Terbesar Ditemukan, Bobotnya Setara Tumpukan 12 Gajah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com