Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atasi Perburuan Badak, Cula Sintetis akan Banjiri Pasar Gelap

Kompas.com - 02/01/2018, 19:05 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

Sumber Futurism

KOMPAS.com –- Populasi badak masih di ambang kepunahan. World Wildlife Fund (WWF) mencatat, kasus perburuan badak di Afrika selatan telah meningkat 9.000 persen sejak 2007. Sementara itu, kelompok konservasi nirlaba Save the Rhino memperkirakan 1.054 badak dibunuh secara ilegal pada tahun 2016.

Pembantaian massal ini disebabkan oleh cula badak yang dianggap sebagai simbol status sosial. Selain itu, bubuk cula badak juga sangat populer sebagai bahan pengobatan tradisional Asia karena dipercaya dapat mengurangi mabuk dan menyembuhkan kanker.

Untuk menangani masalah ini, berbagai macam upaya konservasi telah dilakukan, seperti menanami tanduk badak dengan kamera atau memasang GPS guna mencegah perburuan. Usaha lainnya adalah menempatkan badak robotik di dalam kawanan badak untuk melindungi populasi.

Baca juga : Kisah Badak Sumatera Berjuang dari Kepunahan Selama 10.000 Tahun

Terbaru, perusahaan rintisan bioteknologi Pembient berniat untuk membanjiri pasar gelap dengan cula badak sintetis. Konon, cula buatan itu tidak dapat dibedakan karena tiruannya mencapai tingkat molekuler.

CEO dan pendiri Pembient, Matthew Markus, berkata bahwa cara ini akan lebih efektif daripada mencoba menghentikan perburuan badak. Selain itu, cula sintetis diharapkan dapat menurunkan insentif memburu cula badak asli.

"Jika Anda menjaga tanduk badak, Anda menciptakan pola pikir bahwa cula badak terlarang," kata Markus dilansir dari Futurism, Senin (25/12/2017).

Dia melanjutkan, dan itu menimbulkan kejahatan, korupsi, dan hal-hal lain yang menyertai pasar gelap."

Di sisi lain, rencana Pembient bisa menjadi pedang bermata dua. Sejumlah pakar konservasi khawatir rencana itu justru akan menaikkan harga tanduk badak asli sehingga perburuan untuk mendapatkan barang mewah semakin tak dapat dihindarikan.

Baca juga : Kisah Sudan, Badak Putih Jantan yang Mencari Jodoh di Dunia Maya

Sophie Stafford, Manajer Komunikasi untuk Rhino Conservation Botswana (RCB) menilai, rencana Pembient dapat berjalan dengan baik di atas kertas. Namun, hal sebaliknya dapat terjadi di lapangan.

"Meskipun mungkin berdampak jangka pendek pada proporsi masyarakat yang mengkonsumsi, kita tahu bahwa pembeli yang cerdas di China dan Vietnam akan menguji DNA tanduk badak," kata Stafford.

"Akan selalu ada beberapa orang yang akan membeli produk yang belum diuji, tetapi permintaan untuk barang asli' akan menaikkan harga tanduk badak asli," ujarnya lagi.

Menurut Stafford, pasar cula badak terlalu besar, meskipun peminatnya hanya 1 persen dari penduduk Asia Timur yang menginginkan cula badak asli dan mampu membelinya.

“Itu masih lebih dari 10 juta orang yang mengkonsumsi cula badak. Itu cukup untuk mendorong badak menuju kepunahan," ujar Stafford.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau