"Pantai menghilang, jadi tidak ada penghalang alami yang menghentikan banjir," imbuhnya.
Sebagai protes tentang efek penambangan pasir yang meningkat di negara-negara seperti India, tekanan untuk segera menemukan alternatif bahan konstruksi semakin terasa.
Akan tetapi, menemukan alternatif pasir adalah pilihan yang rumit karena bahan ini, secara historis, sangat melimpah dan murah. Menghasilkan materi dengan kualitas dan kuantitas semacam itu akan sulit.
Baca juga: Pengidap Pica Makan Pasir, Paku hingga Obat Nyamuk
Untungnya, para peneliti tidak menyerah.
Orr sendiri pernah menjadi salah satu peneliti untuk membantu proyek semacam itu pada 2014. Pada saat itu, peneliti India yang tinggal di Goa mendekatinya untuk mengerjakan sebuah prakarsa yang membahas dua masalah paling mendesak di negara tersebut, yaitu kurangnya pasir dan terlalu banyak sampah plastik.
"Gagasan yang mereka lakukan adalah, mengapa kita tidak menggunakan sebagian plastik bekas tersebut, mencacahnya, dan membuatnya menjadi partikel yang berukuran tepat untuk membuat beton," ujar Orr.
"Kami akhirnya menggunakan pasir plastik yang sebenarnya merupakan hasil sampingan dari prosedur industri daur ulang. Mereka mencacah plastik untuk bisa dimasukkan ke dalam campuran beton," sambungnya.
Selain plastik, kayu dan berbagai alternatif beton lain juga disarankan. Sayangnya, belum ada bahan alternatif yang cukup signifikan untuk menggantikan pasir.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.