Setelah memeriksa kembali kurva cahaya asli yang diperoleh dari K2-18, para peneliti menyimpulkan bahwa K2-18c tak terdeteksi karena memiliki orbit yang tidak terletak di bidang yang sama.
"Ketika pertama kali mengungkapkan datanya, kami mencoba untuk mencari tahu apa itu. Anda harus memastikan bahwa sinyal tidak hanya bersuara, dan Anda harus melakukan analisis yang cermat untuk memverifikasinya. Tapi melihat sinyal awal tersebut, ini merupakan indikasi bagus ada planet lain," ungkap Cloutier.
Sayangnya, orbit K2-18c ditemukan terlalu dekat dengan bintangnya yang berada dalam zona layak huni tersebut.
Namun, mungkin K2-18b lah yang lebih layak huni, bergantung pada sebagian besar komposisinya.
Pada akhirnya, sistem ini akan mendapatkan keuntungan dari survei tambahan yang mungkin akan melibatkan teleskop antariksa James Webb (JWST) miliki NASA yang akan diluncurkan pada 2019.
Baca juga: Planet Hangat Mengelilingi Tetangga Matahari, Bisakah Dihuni?
"Dengan data saat ini, kita tidak bisa membedakan dua kemungkinan tersebut," ujar Cloutier.
"Tapi dengan JWST kita bisa menyelidiki atmosfer dan melihat apakah ia memiliki atmosfer yang luas atau itu adalah planet yang hanya tertutup air," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.