KOMPAS.com - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengikuti jejak Filipina yang menangguhkan program vaksinasi demam berdarah dengue (DBD) per Kamis (7/12/2017).
Keputusan ini menyusul pengumuman dari perusahaan farmasi Perancis, Sanofi Pasteur, tentang vaksin DBD Dengvaxia® yang mereka buat.
Setelah penelitian selama enam tahun, mereka mengakui bahwa Dengvaxia® dapat memicu munculnya penyakit lebih parah pada orang yang belum pernah terinveksi virus dengue.
Dengvaxia® sendiri sudah beredar di 11 negara endemik DBD, termasuk beberapa negara di Asia Tenggara dan juga Brasil.
Berhubungan dengan hal ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) merekomendasikan vaksin DBD untuk hanya digunakan pada mereka yang pernah menderita infeksi dengue sebelumnya.
Baca Juga: IDAI Instruksikan Stop Sementara Pemberian Vaksin DBD
Sebagai catatan, pada pertengahan 2016, WHO sebenarnya sudah melaporkan tentang identifikasi adanya risiko dari penggunaan vaksin DBD.
"Vaksinasi mungkin tidak efektif atau mungkin justru dapat meningkatkan risiko penyakit lebih parah di masa depan," tulis WHO dalam laporannya pada 2016.
Terkait penelitian baru vaksin Dengvaxia® oleh Sanofi, WHO menjelaskan di situsnya pada pada Selasa (5/12/2017) bahwa mereka tetap mengacu pada laporan 2016 yang merekomendasikan pemakaian vaksin hanya untuk daerah yang sangat endemik DBD.
"Berdasarkan pertimbangan tingkat kemanjuran dan keamanan perlindungan pada individu seropositif, kita mengikuti SAGE (Strategic Advisory Group of Experts) yang merekomendasikan ambang seroprevalensi sebagai strategi tingkat populasi terbaik," kata WHO
Seroprevalensi merupakan tingkat seropositif (antibodi terhadap patogen dalam darah) untuk patogen tertentu dalam suatu populasi.
Baca Juga: Kesadaran Masyarakat pada Bahaya DBD Masih Rendah
Berdasarkan perhitungan matematis, seroprevalensi optimal pada kelompok usia yang ditargetkan untuk vaksinasi didefinisikan pada kisaran 70 persen atau lebih.
Pada titik ini, peningkatan risiko demam berdarah pada individu seronegatif (ketiadaan antibodi terhadap patogen dalam darah) yang divaksinasi dicatat, dan penelitian mengenai hal ini dianggap sebagai prioritas tinggi.
WHO mendesak Sanofi Pasteur untuk segera bertanggung jawab dan memberikan lebih banyak data tentang efektifitas dan keamanan pada penerima vaksin seronegatif awal.
WHO juga akan melakukan peninjauan data kembali melalui Komite Penasihat Global untuk Keselamatan dan Sasaran Vaksin untuk merevisi panduan penggunaan Dengvaxia®.
"Sembari menunggu ulasan lengkap data tersebut, sebagai tindakan pencegahan sementara WHO merekomendasikan agar Dengvaxia® hanya diberikan kepada individu yang diketahui telah terinfeksi demam berdarah sebelum melakukan vaksinasi," tegas WHO.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.