"Jika hanya berkonsentrasi pada subyek Eurasia, kita kehilangan sebagian besar gambaran keseluruhan," ungkap para peneliti.
"Asal-usul keturunan Afrika Selatan Khoesan tampaknya tidak mencerahkan atau menggelapkan kulit. Sebaliknya, itu hanya meningkatkan variasi," kata Martin.
Martin juga menjelaskan bahwa sebenarnya orang Khoesan kira-kira lima puluh persen lebih cerah daripada orang Afrika khatulistiwa. Ia mengatakan pigmen lintang utara lebih homogen, sedangkan orang di garis lintang lebih rendah memiliki warna kulit lebih beragam - baik secara genetis maupun fenotipik.
Tim tersebut kemudian menemukan salah satu gen yang ditandai SMARCA2/VLDLR. Ini pertama kalinya gen tersebut dikaitkan dengan pigmentasi kulit pada manusia. Tampaknya gen tersebut memang berperan pada warna kulit orang Khoesan.
Sementara itu, mutasi gen lain (SLC24A5) juga ditemukan dalam frekuensi lebih tinggi pada orang Khoesan jika dibandingkan dengan orang Eropa. Ini mungkin telah dipilih atau didapatkan melalui aliran gen, bahkan mungkin berasal dari orang Khoesan.
Baca Juga: Beginilah Cara Tabir Surya Melindungi Kulit Anda
Penelitian ini menjawab berabagai pertanyaan mengenai pigmentasi kulit. Namun hal ini juga menunjukkan bahwa kisah tentang bagaimana genetika mempengaruhi warna kulit jauh lebih kompleks daripada yang diketahui selama ini.
Sekarang tim peneliti di balik studi terbaru ini ingin melihat lebih banyak analisis pigmentasi kulit yang dilakukan pada populasi di luar Eropa.
"Gambaran lengkap tentang arsitektur genetik pigmentasi kulit tidak akan lengkap kecuali jika kita dapat mewakili populasi yang beragam di seluruh dunia," kata Brenna Henn, salah satu peneliti dari Stony Brook University, New York.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.