Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/12/2017, 06:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorLaksono Hari Wiwoho

Bahkan, Charles Darwin (1809-1882) yang terkenal dengan Teori Evolusi mengatakan lebih keras lagi bahwa nenek moyang manusia berasal dari kera!

Dengan banyaknya pandangan terhadap sosok manusia (tentu tidak bisa dijelaskan semua), maka timbul berbagai julukan yang semakin beragam. Misalnya, homo economicus (manusia ekonomi), homo sapiens (manusia yang berpikir), homo mensura (manusia penilai), homo faber (manusia pekerja), homo ludens (manusia bermain), dsb.

Manusia yang memiliki akal budi ini dipandang dengan baik oleh Rene Descartes (1596-1650), filsuf asal Perancis, yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang berpikir. Dengan berpikir, maka membuktikan keberadaannya sebagai manusia, cogito ergo sum (aku berpikir, maka aku ada).

Dengan adanya manusia yang berpikir, maka muncul Teori Hierarki Kebutuhan yang dicetuskan Abraham Maslow (1908-1970), sebuah teori yang mengemukakan ambisi manusia dalam jenjang hidupnya yang bermula harus terpenuhinya kebutuhan dasar sebelum terpenuhinya kebutuhan tertinggi, yaitu aktualisasi diri.

Dikotomi dan trikotomi

Manusia memandang dirinya tidak hanya secara fisik, tetapi juga rohani. Manusia bukan hanya tubuh, tetapi juga jiwa yang menghidupkan.

Manusia menyadari bahwa ada kekuatan di luar dirinya. Oleh karena itu, manusia terus mencari keseimbangan antara dirinya dengan alam dan pencipta-Nya.

Plato (427 SM-347 SM) mengatakan bahwa jiwa manusia sudah ada sebelum lahir dan sifatnya abadi. Dan, jiwa manusia ini memiliki tiga elemen, yaitu roh, nafsu, dan rasio.

Adapun Thomas Aquinas (1225-1274) berpendapat bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang terdiri dari jiwa dan tubuh. Dengan adanya jiwa ini, maka tubuh bisa bergerak dan hidup. Peran jiwa melebihi tubuh, karena jiwa  bisa berpikir dan berkehendak dan sifatnya abadi. Sedangkan tubuh akan hancur ketika mati.

Pandangan para filsuf tentang manusia yang hanya terdiri dari dua unsur, yaitu tubuh dan jiwa atau roh. Kesatuan tubuh dan jiwa atau roh tidak dapat dipisahkan. Tubuh tanpa jiwa atau roh akan mati.

Sebaliknya, jiwa atau roh tanpa tubuh tidak berfungsi apa-apa. Hal ini disebut dikotomi. Sudut pandang ini berlangsung berabad-abad, hingga muncul pandangan lain yang disebut trikotomi.

Tentang trikotomi ini disampaikan oleh Watchman Nee (1903-1972) asal Tiongkok. Nee berpendapat bahwa manusia terdiri dari tiga unsur, yaitu tubuh, jiwa, dan roh. Tubuh terdiri dari tulang, daging, darah. Jiwa terdiri dari kemauan, pikiran, perasaan, kehendak, emosi. Sedangkan roh berasal dari Allah.

Jadi, mana yang paling benar? Satu dan lainnya berbeda pendapat. Masing-masing memegang kebenaran sendiri.

Memang, filsuf ataupun para ilmuwan merupakan pencari kebenaran. Adapun kebenaran yang satu sifatnya tidak mutlak karena kebenaran yang satu akan disusul dengan kebenaran yang lain.

Seperti yang dikatakan Sigmund Freud: Dari satu kesalahan ke kesalahan lain, maka manusia akan menemukan kebenaran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com