Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Manusia

Banyak buku, majalah, film, atau acara di televisi/radio yang mengupas tentang sosok manusia, baik eksistensi, prestasi, keahlian, maupun perannya sebagai insan. Sosok manusia memang sangat menarik karena pada dasarnya manusia penuh misteri dan sangat unik.

Sejak pertama kali Allah menciptakan manusia, yaitu Adam dan Hawa, sejak itu pula manusia mendapat perintah memenuhi bumi dengan keturunannya dan berkuasa di atas bumi.

Ini merupakan hak istimewa sebagai manusia yang diciptakan Allah lebih dari makhluk lain di atas bumi. Dengan demikian, manusia adalah makhluk ciptaan yang mulia.

Selain itu, manusia pun diberi kehendak bebas dalam memilih, menentukan, dan bertindak. J Wesley Brill dalam buku Dasar yang Teguh (2012) mengatakan bahwa sejak diciptakan, manusia telah diberikan kehendak yang bebas.

Manusia bebas memilih, tetapi harus bertanggung jawab atas pilihan yang sesuai dengan kelakuan dan tabiatnya itu.

Manusia, menurut pandangan pelopor psikoanalisis Sigmund Freud (1856- 1939), seperti gunung es di samudra yang tampak bagian ujung atas, sebagian lagi yang besar tertutup air laut.

Ini menunjukkan bahwa yang tampak ujung atas adalah kesadaran manusia, sedangkan yang tak tampak adalah ketidaksadaran manusia.

Selain itu, Freud membagi kejiwaan manusia dalam tiga struktur, yaitu id, ego, dan superego. Id adalah keinginan manusia seperti makan minum dan seks. Ego adalah diri sendiri yang mengarah kepada pikiran, perasaan, kemauan. Superego sebagai penjaga moral antara id dan ego.

Manusia memandang dirinya

Keberadaan manusia seutuhnya sebagai ciptaan Allah, ternyata dipandang beragam oleh manusia sendiri. Manusia memandang dirinya sendiri dari berbagai sisi sesuai keilmuan dan keyakinannya, seperti yang dilakukan oleh para filsuf dan ilmuwan.

Tetapi anehnya, manusia yang sudah sempurna ini malah dibandingkan dengan hewan hanya karena persamaan mekanis. Seperti persamaan pencernaan, berjalan, memiliki mata, hidung, pendengaran, dsb.

Ernst Haeckel (1834-1919), ahli biologi asal Jerman yang telah memberi nama ribuan spesies baru, berkeyakinan bahwa manusia sejajar dengan hewan yang menyusui.

Ditambah lagi dengan pandangan tokoh utama filsafat eksistensialisme, Friedrich Nietzcsche (1844-1900), menyebut manusia memiliki insting-insting mirip hewan yang sifatnya tak pernah puas dan selalu ingin berkuasa. Akibatnya, persis seperti yang dikatakan Thomas Hobbes (1588-1679) bahwa manusia adalah serigala bagi sesamanya (Homo homini lupus).
 
Lain halnya menurut Aristoteles (384-322 SM), manusia adalah hewan yang berakal sehat, yang berpikir dan bertindak berdasarkan akal. Selain itu, manusia juga merupakan hewan yang berpolitik (zoonpoliticon), hidup bermasyarakat seperti berorganisasi, menciptakan tata tertib, berkomunikasi melalui bahasa.

Pythagoras (570 SM-495 SM) yang dikenal sebagai "Bapak Bilangan" malah meyakini bahwa ketika manusia mati, maka jiwanya pindah ke binatang. Apabila binatang itu mati, maka jiwanya pindah lagi ke binatang lainnya. Demikian seterusnya. Hal ini sebagai tanda penyucian jiwa. Jika sudah selesai, jiwanya kembali ke langit.

Bahkan, Charles Darwin (1809-1882) yang terkenal dengan Teori Evolusi mengatakan lebih keras lagi bahwa nenek moyang manusia berasal dari kera!

Dengan banyaknya pandangan terhadap sosok manusia (tentu tidak bisa dijelaskan semua), maka timbul berbagai julukan yang semakin beragam. Misalnya, homo economicus (manusia ekonomi), homo sapiens (manusia yang berpikir), homo mensura (manusia penilai), homo faber (manusia pekerja), homo ludens (manusia bermain), dsb.

Manusia yang memiliki akal budi ini dipandang dengan baik oleh Rene Descartes (1596-1650), filsuf asal Perancis, yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang berpikir. Dengan berpikir, maka membuktikan keberadaannya sebagai manusia, cogito ergo sum (aku berpikir, maka aku ada).

Dengan adanya manusia yang berpikir, maka muncul Teori Hierarki Kebutuhan yang dicetuskan Abraham Maslow (1908-1970), sebuah teori yang mengemukakan ambisi manusia dalam jenjang hidupnya yang bermula harus terpenuhinya kebutuhan dasar sebelum terpenuhinya kebutuhan tertinggi, yaitu aktualisasi diri.

Dikotomi dan trikotomi

Manusia memandang dirinya tidak hanya secara fisik, tetapi juga rohani. Manusia bukan hanya tubuh, tetapi juga jiwa yang menghidupkan.

Manusia menyadari bahwa ada kekuatan di luar dirinya. Oleh karena itu, manusia terus mencari keseimbangan antara dirinya dengan alam dan pencipta-Nya.

Plato (427 SM-347 SM) mengatakan bahwa jiwa manusia sudah ada sebelum lahir dan sifatnya abadi. Dan, jiwa manusia ini memiliki tiga elemen, yaitu roh, nafsu, dan rasio.

Adapun Thomas Aquinas (1225-1274) berpendapat bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang terdiri dari jiwa dan tubuh. Dengan adanya jiwa ini, maka tubuh bisa bergerak dan hidup. Peran jiwa melebihi tubuh, karena jiwa  bisa berpikir dan berkehendak dan sifatnya abadi. Sedangkan tubuh akan hancur ketika mati.

Pandangan para filsuf tentang manusia yang hanya terdiri dari dua unsur, yaitu tubuh dan jiwa atau roh. Kesatuan tubuh dan jiwa atau roh tidak dapat dipisahkan. Tubuh tanpa jiwa atau roh akan mati.

Sebaliknya, jiwa atau roh tanpa tubuh tidak berfungsi apa-apa. Hal ini disebut dikotomi. Sudut pandang ini berlangsung berabad-abad, hingga muncul pandangan lain yang disebut trikotomi.

Tentang trikotomi ini disampaikan oleh Watchman Nee (1903-1972) asal Tiongkok. Nee berpendapat bahwa manusia terdiri dari tiga unsur, yaitu tubuh, jiwa, dan roh. Tubuh terdiri dari tulang, daging, darah. Jiwa terdiri dari kemauan, pikiran, perasaan, kehendak, emosi. Sedangkan roh berasal dari Allah.

Jadi, mana yang paling benar? Satu dan lainnya berbeda pendapat. Masing-masing memegang kebenaran sendiri.

Memang, filsuf ataupun para ilmuwan merupakan pencari kebenaran. Adapun kebenaran yang satu sifatnya tidak mutlak karena kebenaran yang satu akan disusul dengan kebenaran yang lain.

Seperti yang dikatakan Sigmund Freud: Dari satu kesalahan ke kesalahan lain, maka manusia akan menemukan kebenaran.

https://sains.kompas.com/read/2017/12/05/063400223/manusia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke