Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Detik-detik Terakhir Adam Fabumi dan Perjuangannya yang Berlanjut

Kompas.com - 27/11/2017, 18:07 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

Mendengar kabar itu, Ratih dan Kiagoos segera kembali menemui Adam.

Kondisi Adam tak juga membaik, bahkan lebih mencemaskan dibanding sebelumnya. Suhu tubuhnya mencapai 39 derajat Celsius dan berkeringat dingin

Ayahnya yang tak kuasa melihat kondisi Adam keluar ruangan lebih dulu, sedangkan ibunya masih berada di ruang PICU dan merasa kondisi anaknya memburuk.

Tak mau mengganggu kinerja dokter dan suster yang berusaha menolong Adam, Ratih menyusul suaminya. Dia meminta kepada suster untuk memberi kabar melalui telepon.

Kepada suaminya, Ratih bercerita bahwa perasaannya tak karuan. Dia gelisah ketika keluar dari PICU. Suaminya berkata bahwa dia juga mengalami hal yang sama. Mereka berdua tak pernah melihat putranya dalam kondisi itu sebelumnya.

Baca juga : Bagaimana Deteksi Trisomy seperti Adam Fabumi dan Apa Langkah Baiknya?

Telpon datang dari suster dan meminta mereka segera datang. Nada suara suster kembali membuat perasaan Ratin dan Kiagoos gelisah. Saat masuk PICU, Adam tengah diresusitasi.

“Sudah enggak bisa ngapa-ngapain. Dokter bilang terlalu tipis denyutnya sampai mesin enggak bisa baca (denyut jantung). Memang di mesin masih ada grafik. Cuma menurut dokternya, itu karena Adam lagi di CPR (Cardiopulmonary Resuscitation). Sudah dimasukin suntikan adrenalin juga buat pacu jantung,” kata Ratih.

Ratih memegangi kaki anaknya dan berharap keajaiban membuat kondisi Adam membaik. Berkali-kali dokter berkata bahwa detak jantung Adam tak dapat dirasakan. Namun, Ratih masih meyakini kondisi Adam akan membaik.

Sampai akhirnya, dokter melihat pupil mata Adam. Kiagoos juga menyaksikan sendiri pembuluh darah yang pecah dan membuat mata anaknya memerah. Ratih mengatakan, dada Adam terlihat mulai memar karena resusitasi.

“Dokter sempat menjelaskan, ‘Bu, ini kami sudah melakukan tindakan cukup lama, tapi tidak ada respon dari anaknya’. Secara enggak langsung mau kasih tahu ini (Adam) sudah enggak ada. Tapi kenapa di monitor masih ada grafik? Karena apa yang dilakukan dokter dan suster ini yang masih mau ngembaliin dia, kurang lebih gitu,” kata Kiiagoos.

Ratih menyampaikan rasa ikhlasnya kepada dokter dan Adam dinyatakan meninggal pukul 15.35 WIB. Dia mengucapkan rasa terima kasih atas segala yang Adam berikan.

“Dia sudah kasih bonus ke kita. Tujuh bulan itu benar-benar bonus banget. Kami enggak kepikiran Adam hari itu bakal pergi,” kata Kiagoos.

“Sebenarnya kami tahu momen ini bakal ada, tapi enggak nyangka secepat ini. Paling jelek kondisi Adam, dia bakal lama di rumah sakit atau pakai mesin yang lebih tinggi lagi. Itu pikiran kami. Enggak kepikiran hari itu Adam pergi,” kata Ratih.

Kiagoos mengatakan, Adam meninggal karena mengalami gagal jantung. Dari hasil foto thorax setelah masuk rumah sakit, tiga perempat rongga dada Adam dipenuhi jantung.

Ritme denyut jantung Adam tidak stabil. Puncaknya mencapai 220 denyut per menit, dengan denyut jantung normal berkisar 140-160 per menit. Hingga pada akhinya jantung Adam tak lagi memompa darah melainkan hanya bergetar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com