Prosedur pengobatan kanker paru lainnya adalah targeted therapy. Setiap pasien akan mendapatkan pengobatan yang berbeda yang disesuaikan dengan marker molekuler. Dalam dunia medis, hal ini dikenal juga dengan istilah personalized medicine.
“Kalau dulu NSCLC dan SCLC langsung diberikan kemoterapi, semuanya sama. Perbedaannya dari fenotipe kanker itu. Tapi sekarang semua terapi itu berdasarkan genotipenya karena ada perbedaan genotipe kanker paru,” kata Sita.
Baca juga : Tak Bergejala, Kanker Paru Baru Ditemukan di Stadium Lanjut
Sita menuturkan, penelitian targeted therapy banyak ditemui untuk adenokarsinoma. Dalam konteks Asia, salah satu genotipe yang paling sering didapatkan adalah mutasi Epiderma Growth Factor Receptop (EGFR). EGFR berperan dalam pertumbuhan sel kanker.
Sita menuturkan, dalam konteks Indonesia, pada tahun 2013 terdapat 42 persen mutasi EGFR pada kanker paru. Setelah perbaikan teknik, diketahui bahwa terjadinya mutasi EGFR lebih banyak. Untuk di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, misalnya, mutasi EGFR sebanyak 61 persen.
Selain EGFR, penggerak mutasi lainnya adalah Anaplastic Lymphoma Kinase gene (ALK), Mesenchymal-epithelial transition gene (MET), dan Kristen rat sarcoma gene (KRAS).
“Orang Indonesia yang punya kanker paru jenis adenokarsinoma wajib dilakukan pemeriksaan mutasi EGFR. Kalau pasien mutasi EGFT di ekson 19 dan 21, maka kemungkinan besar dia punya respons baik terhadap obat EGFR TKI (tyrosine kindness inigiter),” kata Sita.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.