Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Transplantasi Kepala Penuh Kontroversi Akan Dilakukan Desember Ini

Kompas.com - 20/11/2017, 12:12 WIB
Monika Novena

Penulis

KOMPAS.com — Dokter bedah saraf ekstentrik Italia, Sergio Canavero, mengklaim sudah berhasil melakukan transplantasi kepala dari mayat manusia dalam konferensi pers pada Jumat (17/11/2017) di Vienna, Austria.

Canavero mengatakan, langkah tersebut merupakan yang terakhir dilakukan sebelum melakukan transplantasi kepala pada manusia yang hidup lumpuh dari leher ke bawah.

"Transplantasi kepala manusia pada jenazah telah dilakukan pertama kali," ungkapnya dalam sebuah video konferensi pers yang diposting di Facebook.

Dia menjelaskan telah melakukan pertukaran kepala pada dua mayat dengan mengganti kepala dari satu mayat dan meletakkannya ke mayat yang lain.

Baca Juga: Kontroversi di Balik Dokter Transplantasi Kepala Manusia

"Pertukaran kepala antardonor organ mati adalah langkah terakhir untuk tranplantasi kepala manusia untuk alasan medis yang akan segera terjadi," kata Canavero seperti dikutip dari Newsweek, Minggu (19/11/2017).

Canavero menyebut operasi itu dilakukan selama 18 jam di Harbin Medical University di China.

Tim dokter mengklaim berhasil menghubungkan kembali saraf tulang belakang, saraf, serta pembuluh darah di tulang belakang dan leher. Dia juga merangsang saraf mayat setelah menjalani prosedur operasi untuk melihat apakah transplantasi bekerja.

Operasi dipimpin oleh dokter Xiaoping Ren, ahli bedah yang sebelumnya melakukan transplantasi hewan pengerat dan monyet.

Meski demikian, Canavero tidak memberitahukan rincian proses operasi yang mereka lakukan, seperti bagaimana melepaskan kepala dari mayat atau apakah ada peralatan pendukung yang digunakan dalam operasi. Dia justru berujar akan menerbitkan makalah ilmiah dengan rincian tersebut dalam beberapa hari ke depan.

Rencana tranplantasi kepala manusia ada sejak 2015 dan menimbulkan kontroversi. Tidak mundur, Canavero berencana melakukan transplantasi kepala pada manusia hidup Desember 2017 nanti.

Dia akan melangsungkan operasi di China karena otoritas Eropa dan Amerika tidak bersedia mendukung eksperimen tersebut.

Selama rentang waktu itu, Canavero menggunakannya untuk melakukan eksperimen pada beberapa hewan. Dia memutus kepala lalu menghubungkan kembali ke sumsum tulang belakangnya. Dia juga menulis dengan rinci dalam sebuah makalah bagaimana menciptakan serangkaian hewan pengerat berkepala dua.

Untuk mewujudkan rencananya, seorang relawan sudah mendaftar. Dia adalah seorang ilmuwan komputer asal Rusia bernama Valery Spiridonov.

Spiridonov menderita penyakit saraf motorik langka yang dikenal sebagai penyakit Werdnig-Hoffmann, yang menyebabkan penderitanya kesulitan bergerak, bernapas, dan menelan. Sebagian besar penderita penyakit ini meninggal, tetapi Spridonov termasuk dalam segelintir orang yang sanggup bertahan hingga usia dewasa.

Dalam konferensi pers tersebut, Canavero akan mencoba transplantasi terlebih dahulu pada dua donor organ otak yang sudah mati sebelum dilakukan pada manusia dengan lumpuh dari bagian leher ke bawah.

Dia menyebut tujuan sebenarnya transplantasi ini bukan untuk menyembuhkan tulang belakang, tapi memperpanjang umur.

"Saya memanjangkan waktu hidup dan menabrak dinding hidup dan mati," katanya pada Juli, dilansir dari Science Alert.

Meski Canavero telah menghabiskan beberapa tahun terakhir untuk menulis studi ilmiah mengenai prestasi tersebut, tetap saja ada keraguan yang terus dilontarkan.

Penuh kontroversi para ahli bedah

Sejak mengumumkan rencananya, Canavero telah menuai banyak kritik. Kebanyakan ahli sepakat jika apa yang akan dilakukannya merupakan hal yang tidak masuk akal.

Ada juga kekhawatiran etis mengenai legalitas prosedur semacam itu.

Salah satunya datang dari Jerry Silver, profesor ilmu saraf di Case Western Reserve University Ohio. Menurut dia, secara teknis kepala dapat dipasang ke respirator di mana bisa tetap hidup, tetapi dengan rasa sakit yang luar biasa.

Baca Juga: Manusia Bisa Terima Transplantasi Organ Berpenyakit, Ini Buktinya

"Setiap otot, tulang, semuanya telah terputus. Dan bisakah Anda bayangkan bagaimana rasanya sakit itu. Kepala akan terbangun dengan rasa sakit," katanya.

James FitzGerald, ahli bedah saraf dan konsultan dari Oxford University, juga mengatakan, tranplantasi pada beberapa hewan disebut oleh banyak ahli tidak memuaskan.

"Saya hanya tidak berpikir makalah ilmiah yang menyambungkan tulang belakang dapat dipercaya," kata FitzGerald.

Selain itu, John Pickard, profesor bedah saraf dari Cambridge University, mengatakan, jurnal Canavero yang memublikasikan hasil percobaannya juga meragukan. "Saya rasa dia tidak melakukan kegiatan ilmiah," kata Pickard.

Namun, Canavero bergeming dengan kritikan tersebut. Dia yakin tingkat keberhasilannya mencapai 90 persen. 

"Operasi akan berhasil dan ini akan menjadi revolusi besar yang tidak akan pernah dilihat sebelumnya," kata Canavero.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau