Menurut dia, pemberian antibiotik kepada ternak akan berdampak terhadap adanya residu atau sisa obat yang tertinggal di dalam jaringan otot.
Hal ini, pada akhirnya akan berdampak terhadap kesehatan manusia.
Imran lantas menyebutkan, upaya global termasuk Indonesia mengendalikan resistensi antibiotik sudah dirilis sejak 2016.
Baca Juga : Mungkinkah Infeksi Saluran Kemih Sembuh Tanpa Antibiotik?
Salah satu strateginya adalah peningkatan pemahaman mengenai penggunaan antibiotik yang bijak dan bertanggungjawab.
"Dokter hewan ini menjadi agen perubahan ke depan sehingga bisa mengurangi laju perkembangan resistensi," ujar Imran.
Sementara itu, sesuai peraturan pemerintah, penggunaan antibiotics growth promoter (AGP) atau antibiotik untuk pertumbuhan di pakan harus dihentikan pada Januari 2018.
Hal ini dikatakan Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Undana, drh Maxs Sanam.
"Produsen pakan maupun pengelola kesehatan hewan dan pangan perlu mengambil langkah-langkah dalam mengatasi resistensi antibiotik.
"Tetapi, di sisi lain tetap mempertahankan laju pertumbuhan hewan," kata Maxs.
Seminar diikuti 238 mahasiswa dan dosen dari Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Pertanian, dan Dinas Peternakan Nusa Tenggara Timur. Juga hadir empat mahasiswa asal Timor Leste.
Baca Juga : Riset Ungkap, Beberapa Jenis Antibiotik Tingkatkan Risiko Keguguran
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.