Sementara itu, Nathan Cofnas, seorang mahasiswa doktor filsafat di Universitas Oxford yang tidak terlibat dalam penelitian, penemuan tentang keimanan tersebut masih belum final.
Baca Juga: Seperti Inilah Gambaran Otak Seorang Ekstremis Agama
Menurutnya, ada studi lain yang menunjukkan bahwa religiusitas merupakan bentuk warisan.
"Kami tahu dari penelitian orang kembar, gen cenderung memiliki pengaruh lebih besar daripada lingkungan terkait apakah seseorang menjadi religius atau tidak saat usia dewasa," katanya.
Untuk itu, pasti terjadi beberapa mekanisme psikologis yang bervariasi di antara orang-orang dan dikaitkan dengan tingkat religiusitas yang berbeda.
Lain lagi dengan penganut atheis yang dianggap lebih pintar dari orang-orang religius.
"Alasan untuk ini tidak sepenuhnya jelas, tapi mungkin saja orang yang lebih cerdas cenderung menolak agama setelah melakukan olah pikiran yang rasional," kata Cofnas.
Mungkin benar bahwa faktor sosial dan pendidikan memainkan peran penting dalam kepercayaan religius seseorang, namun tidak menutup kemungkinan faktor dasar kognitif inti juga berperan serta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.