KOMPAS.com - Saat sudah sayang dengan orang lain, tanpa disadari ada keinginan untuk memiliki lebih.
Jika hal ini bisa dikontrol dengan baik, keinginan ini mungkin bisa membantu untuk saling melindungi. Namun kalau tidak, ada kemungkinan keinginan ini berujung pada sifat posesif yang sulit dikendalikan.
Posesif. Kata ini juga dipilih oleh sutradara Edwin untuk judul film drama panjang pertamanya yang saat ini masih tayang di bioskop.
Dalam sebuah kesempatan wawancara dengan Edwin, sebelum film ini tayang, sutradara ini mengaku melakukan riset cukup lama. Dia ingin benar-benar mengerti gejolak apa yang dialami oleh cinta remaja.
Akhirnya, dia menemukan kasus kekerasan dalam pacaran yang didasari rasa posesif.
BACA: Terbelenggu Cinta Posesif
Menurut Edwin, hubungan yang posesif dan kasar itu seperti racun. "Kita belajar menjadi korban, lama-lama belajar menjadi pelaku juga. Hal ini berulang seperti siklus," katanya.
Pengalaman ini diterapkan lewat filmnya, di mana seorang ibu merawat anak tunggalnya seorang diri dengan sangat keras karena terlalu sayang. Tanpa disadari, perilaku ini ternyata juga menurun ke putranya.
Setelah menemukan kekasih di masa SMA yang bisa 'disayang' menurut versinya, dia justru mengekang pasangannya. Bahkan sampai bermain fisik.
Korban yang kemudian menjadi pelaku, ditangkap oleh Edwin sebagai cara seseorang untuk melampiaskan apa yang dialaminya kepada orang lain.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.