Namun, solusi yang hanya bersifat sementara ini semakin menekan akuifer Irak yang semakin menipis. Dalam beberapa tahun, sumur-sumur di Baiji dan kota-kota Irak lainnya mengering.
Samir Saed adalah salah satu yang terpaksa merumahkan dua pekerjanya pada tahun 2014 karena kedua sumurnya telah mengering. Dia berkata bahwa dalam keadaan marah dan pengangguran, kedua pekerja tersebut kemungkinan besar bergabung dengan ISIS.
"Ada banyak cerita seperti ini, mereka frustasi dan hanya menganggapnya (ISIS) sebagai pekerjaan baru," ujarnya.
Dengan piawai, ISIS pun memanfaatkan peluang ini. Mereka menyebarkan rumor bahwa pemerintah yang didominasi Shia dengan sengaja menghambat air untuk petani Sunni; meskipun faktanya, kekeringan disebabkan oleh perubahan iklim.
Lalu bagaimana?
ISIS telah berhasil dipukul mundur. Jika pada 2014 mereka menguasi 40 persen Irak, kini wilayah ISIS hanya tersisa beberapa desa terpencil dan sebagian kecil padang pasir.
Akan tetapi, kondisi yang mendorong kesuksesan awal mereka juga semakin luas.
Pemerintah Irak juga masih belum bisa membayar utang mereka ke petani untuk hasil panen yang sudah disetorkan.
"Hingga semua masalah ini diperbaiki, pertanian di Irak akan selalu mati," ujar Naif Saido Kassem, mantan direktur kantor pertanian di Sinjar, bagian utara Mosul.
Baca juga : Tahun 2100, Suhu di Negara-negara Ini Akan Membunuh Manusia
Lebih menyedihkannya lagi, situasi air di Irak diperkirakan akan semakin memburuk. Turki hampir selesai membangun bendungan Ilisu, dan suhu yang terus meningkat akan semakin menipiskan persediaan air di negara tersebut.
Beberapa petani, seperti Ahmed dari Dibis, masih menyimpan harapan. Namun, mayoritas petani pesimis. Jika Irak tidak segera memperbaiki lingkungannya, perang selanjutnya tidak akan bisa dihindari.
"Untuk saat ini, ISIS memang sudah tidak ada. Tapi dengan semua masalah air dan cuaca ini, kondisi kami akan semakin memburuk. Kami membutuhkan bantuan," kata Jabouri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.