KOMPAS.com -- Bila Anda belum khawatir soal perubahan iklim, inilah saatnya. Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa perubahan iklim akan membuat suhu dan kelembapan di negara-negara Asia selatan berbahaya bagi manusia.
Dipublikasikan dalam jurnal Science Advances, studi ini didasarkan pada penemuan sebelumnya yang berkata bahwa efek cuaca panas yang paling berbahaya bagi manusia adalah kombinasi dari suhu tinggi dan kelembapan yang tinggi yang disebut temperatur bola basah.
Berbeda dengan temperatur bola kering yang hanya mengukur suhu di udara, temperatur bola basah juga mengukur kelembapan relatif dan biasanya hasilnya lebih rendah daripada temperatur bola kering.
(Baca juga: Tahun 2100, Suhu Harian Indonesia Bisa Capai 40 Derajat Celsius)
Bagi manusia, temperatur bola basah ini sangat penting. Pasalnya, walaupun suhu di dalam tubuh kita 37 derajat celcius, kulit biasanya hanya 35 derajat celcius. Perbedaan ini membuat kita dapat berkeringat dan menurunkan panas metabolik.
Akan tetapi, jika temperatur bola basah mencapai 35 derajat celcius, kemampuan kita untuk menurunkan temperatur tubuh berkurang jauh dan menurut para peneliti, orang yang paling sehat sekali pun akan meninggal dalam waktu enam jam.
Pada saat ini temperatur bola basah jarang mencapai 31 derajat celcius. Namun, hal ini akan berubah pada tahun 2100. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa tanpa pengurangan gas rumah kaca yang serius, perubahan iklim akan menaikkan temperatur bola basah hingga mencapai antara 31-34,2 derajat celcius di negara-negara Asia selatan.
Dr Elfatih Eltahir dari Massachusetts Institute of Technology yang menulis studi ini mengatakan kepada Independent 3 Agustus 2016, gelombang panas akan membawa kita ke ambang pertahanan hidup, dan suhu di atas 30 derajat celcius sangatlah parah.
(Baca juga: 5 Malapetaka yang Terjadi jika Suhu Bumi Naik 1,5 Derajat Celsius)
Tiga daerah di antaranya yang paling terdampak adalah bagian utara India, Bangladesh, dan Pakistan selatan di mana sekitar 1,5 miliar orang tinggal.
Bila benar-benar jadi, tragedi tahun 2015 bisa terulang. Pada tahun tersebut, batas 35 derajat celcius hampir tercapai di daerah Teluk Persia dan sekitar 3.500 orang di Pakistan dan India meninggal karenanya.
Akan tetapi, yang akan lebih menakutkan adalah ketahanan pangan yang mengancam semua orang.
Dr Eltahir menambahkan, dengan adanya gangguan terhadap produksi pertanian, Anda tidak memerlukan gelombang panas untuk membunuh manusia. Produksi akan menurun jadi semua orang akan menderita.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.