Secara keseluruhan, pejantan Batang Toru memiliki tengkorak lebih kecil, tapi taring yang lebih besar. Dengan menggabungkan sumber bukti genetik, vokal, dan morfologi, kami dengan percaya diri menyimpulkan bahwa populasi orangutan Batang Toru adalah spesies yang baru ditemukan dan yang masa depannya sudah berada dalam ancaman.
Meski eksploitasi berat di daerah sekitar (perburuan, perubahan habitat, dan aktivitas ilegal lainnya), komunitas di sekitar habitat orangutan Tapanuli masih memberi kami kesempatan untuk melihat dan mendata populasi yang masih hidup. Sayangnya, kami yakin bahwa populasinya kurang dari 800 individu.
Dari habitatnya sendiri, tersisa tidak lebih dari 10 kilometer persegi. Pengembangan di masa depan telah direncanakan untuk area tersebut, dan sekitar 15 persen habitat orang utan memiliki status hutan yang tidak dilindungi.
Penemuan orangutan ketiga pada abad ke-21 memberikan kita sebuah pemahaman bahwa kera besar memiliki keberagaman lebih banyak daripada yang kita ketahui, membuatnya lebih penting lagi untuk melestarikan berbagai kelompok ini.
Tanpa dukungan kuat dan partisipasi dari komunitas di sekitar habitatnya, masa depan orangutan Tapanuli akan menjadi tidak pasti. Pemerintah, peneliti, dan institusi konservasi harus membuat usaha kolaboratif yang kuat untuk memastikan bahwa orangutan ketiga ini bisa bertahan lama setelah ditemukan.
Baca Juga : Berlomba Menyelamatkan Kerabat Baru Orangutan
*Profesor bioantropologi di Australia National University
** Australia National University
Artikel ini pertama kali terbit di The Conversation Indonesia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.