Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/11/2017, 19:08 WIB
Monika Novena

Penulis

Namun, beberapa pihak menyarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai temuan yang sudah yang sudah dipublikasikan dalam jurnal Current Biology itu.

Salah satunya adalah kata Rebecca Stumpf, peneliti dari University of Illinois di Urbana-Champaign.

"Masih terlalu dini menyebutnya sebagai spesies baru bila hanya berdasarkan kerangka dan dua sampel genetik," katanya.

"Akan lebih baik jika ada lebih banyak bukti sebelum menyatakannya sebagai spesies yang berbeda," saran Stumpf seperti di kutip dari The Atlantic, Kamis (2/11/2017).

Kini, keberlangsungan hidup orangutan tapanuli dipertaruhkan, akankan generasi mendatang masih mengenalnya ataukah laju perkembangan zaman membantunya menuju kepunahan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com