Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/11/2017, 18:07 WIB
|
EditorShierine Wangsa Wibawa

KOMPAS.com –- Penghujung tahun 2017 membawa kabar baik tentang kondisi lingkungan kita. Lubang di lapisan ozon semakin menyusut, bahkan menjadi yang terkecil sejak 1988.

Pengukuran pada bulan September menunjukkan bahwa lubang di lapisan ozon mencapai 19,7 juta kilometer persegi atau setara dengan dua setengah kali Amerika Serikat. Jumlah itu lebih kecil 3,4 juta kilometer persegi bila dibandingkan dengan tahun 2016.

Penyusutan ini terjadi karena cuaca yang lebih hangat di stratosfer sejak tahun lalu. Kondisi itu membantu menangkis bahan kimia seperti klorin dan bromin yang menggerogoti lapisan ozon.

"Kondisi cuaca di Antartika sedikit lebih lemah dan menyebabkan suhu lebih hangat, yang memperlambat hilangnya ozon," kata Paul A Newman, Kepala Ilmuwan Bumi di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard milik NASA di Maryland.

Baca juga: Lubang Ozon di Antartika Hampir 4 Kali Lipat Luas Benua Australia

Seperti dilansir dari Washington Post 3 November 2017, bila ditelusuri ke belakang, upaya penurunan lubang ozon telah terjadi sejak pertengahan 1980-an.

Pada 1970-an, para ilmuwan untuk pertama kalinya menyadari bahwa klorofluorokarbon (CFC) merusak lapisan tipis ozon yang berada di atas Antartika.

Padahal, ozon yang merupakan gas tak berwarna melindungi bumi dari radiasi ultraviolet berbahaya. Radiasi ini bisa menyebabkan berbagai masalah, mulai dari kanker kulit, katarak, hingga mengganggu pertumbuhan tanaman.

Terdorong dari penemuan tersebut, 24 negara pun bersatu dan menandatangani Protokol Montreal. Kesepaktan internasional itu mewajibkan penghapusan penggunaan bahan kimia perusak ozon.

Baca juga : Bagaimana Harvey, Irma, dan Jose Membuktikan Perubahan Iklim?

"Ini sangat bernilai, karena pada awalnya ini hanya upaya ilmiah, dan kemudian kami dapat meyakinkan masyarakat bahwa ini adalah masalah - inilah yang akan terjadi jika kita tidak menghadapinya," kata ahli kimia Mario Molina, yang memiliki peranan penting dalam penemuan lubang ozon dan dianugerahi Hadiah Nobel untuk penelitiannya pada tahun 1995.

Pada tahun 2014, para ilmuwan di Perserikatan Bangsa-Bangsa mengkreditkan keberhasilan pemulihan lapisan ozon terhadap penghapusan CFC secara bertahap dari lemari es, pendingin udara, dan kaleng aerosol yang terjadi pada 1980-an.

Newman menuturkan, CFC sulit dihilangkan dari bumi. Zat kimia itu masih akan berada di atmosfer hingga sekitar 100 tahun ke depan. Setidaknya, lapisan ozon tidak akan kembali seperti kondisinya pada tahun 1980-an, hingga 2070.

Kini, CFC mungkin sudah bukan ancaman bagi pemulihan ozon. Namun, para peneliti telah mengidentifikasikan ancaman baru, yakni diklorometana yang merupakan sebuah bahan kimia industri.

Menurut penelitian yang dipublikasi di jurnal Nature Communications, keberadaan diklorometana telah berlipat ganda selama sepuluh tahun terakhir, dan jika diteruskan, kesempatan lapisan ozon kembali normal akan tertunda hingga 30 tahun.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Apakah Ada Efek Membersihkan Kotoran di Pusar?

Apakah Ada Efek Membersihkan Kotoran di Pusar?

Oh Begitu
8 Tanda Rabies pada Anjing yang Perlu Diwaspadai

8 Tanda Rabies pada Anjing yang Perlu Diwaspadai

Oh Begitu
Kenapa Inti Bumi Sangat Panas?

Kenapa Inti Bumi Sangat Panas?

Oh Begitu
Pria Rusia Tewas Diserang Hiu Macan di Mesir, Kenapa Hiu Menyerang Manusia?

Pria Rusia Tewas Diserang Hiu Macan di Mesir, Kenapa Hiu Menyerang Manusia?

Oh Begitu
Apakah yang Terjadi Saat Lubang Hitam Bertabrakan?

Apakah yang Terjadi Saat Lubang Hitam Bertabrakan?

Fenomena
Apakah Efek Sering Menggigit Kuku?

Apakah Efek Sering Menggigit Kuku?

Oh Begitu
Mengapa Ular Berganti Kulit secara Berkala?

Mengapa Ular Berganti Kulit secara Berkala?

Oh Begitu
Apakah Fungsi Kumis pada Gajah?

Apakah Fungsi Kumis pada Gajah?

Oh Begitu
Benarkah Bulu yang Dicukur Akan Tumbuh Lebih Cepat dan Lebat?

Benarkah Bulu yang Dicukur Akan Tumbuh Lebih Cepat dan Lebat?

Oh Begitu
7 Hewan Penghuni Amazon, Ada Ular Besar dan Burung Warna-warni

7 Hewan Penghuni Amazon, Ada Ular Besar dan Burung Warna-warni

Oh Begitu
Mengenal Obesitas yang Bisa Sebabkan Banyak Penyakit

Mengenal Obesitas yang Bisa Sebabkan Banyak Penyakit

Kita
10 Negara Terpanas di Dunia Versi World Atlas

10 Negara Terpanas di Dunia Versi World Atlas

Fenomena
Apakah Mikropenis Dapat Diobati?

Apakah Mikropenis Dapat Diobati?

Oh Begitu
Benarkah Kantong Teh Bermanfaat untuk Mata?

Benarkah Kantong Teh Bermanfaat untuk Mata?

Oh Begitu
Paus Fransiskus Jalani Operasi Hernia, Kondisi Apa Itu?

Paus Fransiskus Jalani Operasi Hernia, Kondisi Apa Itu?

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com