Idenya adalah mammoth, seperti gajah hari ini, hidup dalam masyarakat matriarki, di mana betina dewasa melindungi kaum mudanya.
Saat gajah menginjak usia 14 atau 15 tahun, saat pubertas terjadi, gajah jantan akan meninggalkan kawanan untuk menjadi penyendiri atau bergabung dengan kelompok jantan lain.
Sayangnya, kelompok gajah jantan sering dipimpin oleh gajah jantan muda yang tidak berpengalaman. Saat itulah mereka cenderung melakukan sesuatu yang berisiko hingga mendapati diri mereka terjebak dalam kotoran beku.
Perangkap alami mengubur tubuh mereka dengan cepat dan melindunginya dari para pemangsa.
Baca juga: Fosil Naga Laut Ditemukan di Antara Koleksi Museum Jerman
Beth Shapiro, seorang ahli biologi molekuler evolusi dari University of California yang tidak terlibat penelitian ini turut memberikan pendapatnya. Shapiro berkata bahwa dia terkejut dengan hasilnya dan hipotesis tersebut memang masuk akal bila mengingat apa yang kita ketahui tentang perilaku gajah.
Dia menambahkan, akan menarik melihat apakah perbedaan jenis kelamin ini juga bekerja untuk fosil mamalia prasejarah lain seperti bison atau kuda.
Daniel Fisher, seorang ahli paleontologi dari University of Michigan berkata bahwa hipotesis ini samgat baik. Namun, dia menyayangkan penggunaan gading dalam penelitian ini.
Menurut dia, gading seharusnya tidak digunakan dalam penelitian ini karena mammoth jantan sering mematahkan gading mereka dalam pertarungan, tapi itu tidak berarti mereka meninggal.
Menyanggah pendapat Fisher, para penulis penelitian ini berpendapat bahwa meskipun mereka telah mengurangi fragmen gading dan hanya menggunakan sampel gigi, tulang, serta rambut, jumlah mammoth jantan yang mati masih melebihi mammoth betina.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.