KOMPAS.com- Mungkin sesekali kita pernah membayangkan, ada robot yang sedang merapikan halaman kita. Kemudian, kita juga tidak perlu repot mencuci piring kotor di dapur karena sudah ada robot yang mengerjakannya.
Namun, sudah siapkah kita dengan kehadiran robot-robot cerdas dalam kehidupan sehari-hari?
Pada Selasa (5/10/2017) di New York, para penulis fiksi ilmiah berdiskusi di acara New York Comic Con (NYCC) mengenai perkembangan teknologi robot dan kecerdasan buatan (AI) masa depan yang sangat pesat.
Mereka tidak menyangkal bahwa ketakutan akan perkembangan AI yang lebih cerdas daripada manusia begitu nyata di masyarakat. CEO SpaceX dan Tesla, Elon Musk, saja telah berkali-kali memperingatkan mengenai kemunculan "robot pembunuh"
Baca juga : Elon Musk dan 100 Pakar AI Desak PBB untuk Larang Robot Pembunuh
Namun, mereka juga merasa bahwa ketakutan ini tidak berdasar.
Annalee Newitz, seorang penulis sains-ilmiah, berkata bahwa AI diciptakan berdasarkan data yang diciptakan oleh manusia. Oleh karena itu, AI juga akan memiliki kekurangan yang sama dengan manusia dan akan menjadi "sama rusaknya dan gilanya dengan kita".
Selain itu, meskipun sebuah robot sudah bisa berpikir sendiri, belum tentu mereka akan mengambil alih tugas manusia.
Diilustrasikan dalam novel Newitz yang berjudul Autonomous, robot tetaplah robot yang akan menjadi 'properti' manusia, setidaknya hingga masa kerjanya habis atau biaya yang dikeluarkan untuk menciptakannya telah terbayarkan.
Baca juga : Kisah ?Manusia Paling Manusiawi? Mengalahkan Kecerdasan Buatan
"Dalam sejarah manusia, perbudakan selalu ada. Di dunia yang futuristik, hal ini kemungkinan besar akan mencakup robot-robot yang cerdas juga," katanya.
Meski demikian, para pembicara mengakui bahwa memperkirakan sejauh mana teknologi saat ini akan berpengaruh pada masa depan sangatlah sulit. Pasalnya, dalam banyak kejadian, teknologi seringkali diperkenalkan tanpa mempertimbangkan masa depan.
Kristen Miller, penulis novel Otherworld, memberi contoh, siapa yang bisa menyangka, lima tahun yang lalu, bahwa Facebook yang hanya media sosial bisa memiliki peranan penting dalam pemilihan presiden?
"Saya merasa bahwa kita sedang memasuki ruang yang sangat gelap, mungkin lebih cepat yang kita perkirakan," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.