Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Elon Musk dan 100 Pakar AI Desak PBB untuk Larang Robot Pembunuh

Kompas.com - 21/08/2017, 16:05 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com -- CEO SpaceX Elon Musk, pendiri DeepMind Mustafa Suleyman dan 114 pakar kecerdasan buatan (AI) lainnya dari 26 negara telah bersama-sama menandatangani sebuah surat terbuka kepada Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) untuk melarang teknologi robot pembunuh.

Surat yang dikeluarkan dalam rangka konferensi AI terbesar di dunia, IJCAI 2017, di Australia tersebut memperingatkan PBB, pakar AI, dan masyarakat luas mengenai bahaya dari mesin mandiri yang dapat memilih dan membunuh targetnya.

“Jika diciptakan, mereka akan membuat konflik bersenjata menjadi lebih besar dari sebelumnya dan lebih cepat dari apa yang bisa diperkirakan oleh manusia. Teknologi ini bisa menjadi senjata teror, senjata yang digunakan oleh teroris terhadap populasi umum, dan senjata yang diretas untuk bertindak di luar rencana,” tulis Musk dan kolega.

(Baca juga: Perlukah Kita Takut Dikalahkan oleh Kecerdasan Buatan?)

Ini bukan pertama kalinya para pakar mengangkat isu tersebut. Stephen Hawking, Noam Chomsky, and dan pendiri Apple Steve Wozniak adalah beberapa di antara para peneliti yang cukup vokal mengenai kemungkinan kecerdasan buatan digunakan untuk membunuh manusia.

Musk sendiri juga pernah menyebut bahwa AI bisa lebih berbahaya dari Korea Utara, dan untuk mencegah hal itu, perusahaannya, SpaceX, dan Tesla mendanai OpenAI, sebuah proyek yang berusaha untuk mengembangkan riset etika AI.

Sayangnya, proses pembuatan larangan terhadap senjata otonom, baik AI maupun non-AI, berjalan lambat. Tidak sedikit juga yang berpendapat bahwa bahaya tersebut di luar kemampuan regulasi.

Kepada Sciencealert 21 Agustus 2017, pendiri Clearpath Robotics, Ryan Gairepy, mengatakan, kita tidak boleh melupakan bahwa di samping senjata dengan AI, sistem senjata otonom sedang diciptakan pada saat ini.

Merujuk kepada  kemampuan otonom dan semi-otonom yang kini sedang ditambahkan pada senjata-senjata, seperti senapan Samsung SGR-A1, drone BAE Systems Taranis, dan kapal selam SEA Hunter dari DARPA; Gairepy berkata bahwa benih-benih teknologi untuk robot pembunuh masa depan sudah ada sekarang, meskipun regulasinya belum dituliskan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau