KOMPAS.com- Menurut Anne Marie Helmenstine, Ph.D, seorang penulis rubrik sains dan ahli matematika dan fisika, semua makhluk hidup yang bertulang belakang menguap.
Lalu, 60 sampai 70 persen manusia mengaku ikut menguap setelah melihat orang lain menguap, meskipun hanya melalui foto.
Bagaimana hal itu bisa terjadi? Sejumlah penelitian terkait topik tersebut menemukan beberapa hal unik.
Menguap merupakan tanda rasa empati
Menurut penelitian pada tahun 2010 di Universitas Connecticut, anak-anak baru belajar untuk ikut menguap pada usia empat tahun. Hal ini disebabkan oleh perkembangan mengolah rasa empati yang baru dimulai pada umur empat tahun.
Para peneliti juga mengamati para anak-anak penyandang autisme dan menemukan bahwa mereka lebih jarang terpengaruh untuk ikut menguap dibandingkan dengan anak-anak sebayanya.
Baca juga: 5 Perilaku yang "Menular"
Korelasi antara empati dan tertular menguap semakin dikuatkan oleh penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2015, kali ini terhadap orang dewasa.
Partisipan mengerjakan sebuah tes kepribadian dan diminta untuk melihat gambar atau video orang sedang menguap. Hasilnya, orang yang memiliki kadar empati rendah, lebih jarang ikut menguap.
Hubungan menguap dengan usia
Akan tetapi, tidak semua studi menyetujui teori di atas. Menurut penelitian yang dilakuan oleh Pusat Penelitian Gen Manusia di Duke, dan sudah dipublikasikan di jurnal PLOS ONE, faktor umur sangat erat dengan permasalahan menguap tersebut.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.