KOMPAS.com - Selama bertahun-tahun, para peneliti membayangkan, apa mungkin bagian permukaan bulan yang gelap dan berbentuk seperti kawah adalah pintu masuk gua raksasa hasil bentukan aliran lava pada masa silam.
Peneliti asal Jepang dan Amerika Serikat telah menemukan tanda baru untuk membuktikan bahwa hal tersebut nyata. Ini menjadi kabar baik bagi orang yang ingin pindah ke bulan untuk mencari tempat tinggal yang nyaman dan aman.
Penelitian gabungan ini melibatkan T. Kaku, J. Haruyama, W. Miyake, A. Kumamoto, K. Ishiyama, T. Nishibori, K. Yamamato, Sarah T. Crites, T. Michikami, Y. Yokata, R. Sood, H.J Melosh, L. Chappaz, dan K.C Howell.
Penelitian yang diterbitkan secara online oleh Geophysical Research Letters pada Selasa (17/10/2017) menunjukkan bahwa beberapa lubang pada bulan yang terletak di dekat wilayah bukti Marius merupakan tabung lava raksasa yang terbuka.
BACA: Tahun 2100, Bumi Akan Menunjukkan Tanda-tanda Kiamat
Peneliti mengungkapkan "Gua-gua" kuno ini memiliki potensi untuk ditawarkan sebagai tempat tinggal.
"Ini merupakan lingkungan murni yang diteliti secara ilmiah terhadap komposisi bulan dan potensi bulan untuk dimanfaatkan sebagai tempat tinggal bagi manusia," kata tim yang termasuk ilmuwan NASA dan badan antariksa Jepang, JAXA, yang menggabungkan data rada dan grafitasi untuk membuktikan temuan tersebut, seperti dikutip dari Gizmodo, Kamis (19/10/2017).
Mereka percaya bahwa gua-gua tersebut cocok untuk calon penjelajah bulan. Sebab, dalam gua tersebut manusia akan terlindungi dari bahaya sinar matahari dan bahaya lain.
"Bulan tidak memiliki atmosfer sehingga tempat penampungan ini akan sangat menguntungkan," sambung peneliti.
BACA: Bulan Pernah Punya Atmosfer Miliaran Tahun Silam
Selama bertahun-tahun, ilmuwan menduga bahwa "gua" pada bulan ini merupakan tabung lava. Saluran alami yang terbentuk saat lahar berubah menjadi kerak keras.
Jutaan tahun lalu, ketika bulan mengalami aktivitas vulkanik, lahar mengalir pada permukaan bulan. Saat lahar tersebut habis, akhirnya membentuk lubang-lubang kosong di belakangnya.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa gua tersebut cukup stabil sebagai tempat perlindungan di bawah bulan.
Ilmuwan JAXA menganalisis data radar dari wahana angkasa SELENE, yang dirancang untuk mempelajari asal usul bulan dan sejarah geologisnya.
Seperti yang ditunjukkan dari penelitian baru ini, SELENE cukup bagus untuk mendeteksi tabung lava pada bulan dengan cara memantulkan radar di permukaan bulan.
Lewat ledakan radar di mulut gua, para ilmuwan dapat mendeteksi pola gema yang berbeda.
Dalam penelitian yang dilakukan, mereka menemukan ada beberapa pola gema serupa di lokasi terdekat. Dugaannya, ada lebih dari satu tabung lava pada bulan.
Kebetulan, daerah tersebut sesuai dengan lokasi di mana NASA melalui misi GRAIL-nya, mengidentifikasi defisit massal, yakni lokasi di permukaan bulan yang massaya berkurang atau hilang. GRAIL mendeteksi di sana grafitasi berkurang.
Dengan menggabungkan data dari SELENE dan GRAIL, tim tidak hanya membuktikan adanya lubang lava. Namun juga kedalaman dan tinggi rongga. Mereka menemukan panjang rongga mencapai beberapa kilometer, dengan tinggi dan lebar rongga kurang lebih satu kilometer.
Tiba-tiba bulan terlihat lebih ramah. Mungkin ini waktunya untuk pindah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.