Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Lama Lagi, Desa Bulan Bukan Sekadar Impian

Kompas.com - 26/09/2017, 21:06 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

Sumber Newsweek

KOMPAS.com -– Tak lama lagi, manusia mungkin memiliki rumah baru selain Bumi. Bulan, satelit alami Bumi itu akan menjadi tempat terciptanya peradaban baru dengan sebutan manusia bulan. Pada tahun 2040, misalnya, mungkin akan ada sekitar 100 orang yang bermukim di sana.

Kondisi itu diyakini oleh ilmuwan European Space Agency (ESA) Bernard Foing. Menurut dia, ilmuwan, teknisi, dan insinyur akan menjadi penghuni pertama yang menyebut bulan sebagai rumah.

Rencana ini sebetulnya telah diumumkan secara terbuka di Space Symposium ke-32. Kemudian, pada pekan ini, Foing mendiskusikan rencana ESA di European Planetary Science Congress untuk membuat pemukiman permanen yang disebut dengan “desa bulan”.

(Baca juga: Ramai-ramai Menambang di Bulan)

"Pada tahun 2050, Anda bisa memiliki seribu orang dan kemudian... tentu saja Anda bisa membayangkan membangun keluarga (di bulan). Bahkan, mungkin akan ada anak yang lahir di bulan,” kata Foing kepada AFP.

Direktur Jenderal ESA Jan Woerner mengatakan, selain sebagai tempat mengembangkan ilmu pengetahuan, “desa bulan” juga akan menjadi tempat bisnis, pertambangan, hingga pariwisata.

Untuk mewujudkannya, manusia bulan harus mengolah material yang ada dan membangun tempat perlindungan. Fisikawan Vidvuds Beldavs dari University of Latvia menyebutkan, batu vulkanik kemungkinan bisa dimanfaatkan dengan teknologi cetak 3D. Lalu, es dari kutub bulan harus dicairkan untuk mendapatkan air.

Ide “gila” ini menarik perhatian para ilmuwan dan perusahaan komersial tentang permukiman tetap di Bulan. Michelle Hanlon salah satunya. Salah satu pendiri For All Moonkind, sebuah organisasi nirlaba yang berusaha melestarikan enam lokasi pendaratan manusia di bulan, menguraikan idenya terhadap upaya penjelajahan Bulan.

"Kami menyukai gagasan bahwa mungkin ada pemukiman manusia di bulan pada tahun 2030 dan 'manusia bulan' yang berjumlah ratusan pada tahun 2040," kata Hanlon seperti dikutip Newsweek pada Sabtu (23/9/2017).

 

Dia melanjutkan, tetapi dengan teknologi dan kemampuan menakjubkan yang tidak hanya memungkinkan untuk kembali, menciptakan komunitas bulan menjadi tanggung jawab yang besar. Kita tidak bisa membiarkan diri kita meninggalkan masa lalu atas nama masa depan.

(Baca juga: 8 Bulan Tinggal di "Mars", Para Astronot Akhirnya Pulang Kampung)

Tentu saja, menciptakan kehidupan baru selain di Bumi bukanlah pekerjaan mudah. Dengan sumber daya yang ada di bulan, kehidupan akan berjalan lebih sulit dan hanya sebagian orang yang mampu menjalaninya.

Fisikawan Christiane Heinicke pernah mencobanya. Dia membuat simulasi lingkungan serupa Mars di Hawaii bersama lima orang lainnya. Selama satu tahun, keterbatasan koneksi terhadap dunia luar menjadi kendala utama.

Selain itu, Beldavs yang menganjurkan eksplorasi bulan bersama menilai bahwa belum ada pemimpin tinggi negara yang tertarik untuk mengeksekusikannya. Terlebih, International Space Station (ISS) rencananya akan ditutup pada tahun 2024. Maka, akan sangat sulit untuk meyakinkan para politisi mengenai gagasan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Newsweek


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com